Pembahasan Bagaimana Mekanisme Homeostatis dalam tubuh
ternak terhadap produksi ternak yang disebabkan oleh faktor suhu / temperature
Effect of Heat-Stress on Production in
dairy Cattle
Dalam jurnal karya J. W. West
Pembahasan mengenai iklim tidak terlepas dari faktor
kendali iklim suatu daerah tesrsebut yang bekerja langsung terhadap suhu udara,
kelembaban udara dan suhu udara yang saling berhubungan satu sama lain.Sehingga
pengkajian pengaruh suhu tidak dapat terlepas dari faktor – faktor yang bekerja
dan berpengaruh terhadap pembentukan iklim tersebut.
Pembangunan bidang peternakan tidak terlepas dengan
dukungan faktor lingkungan disekitarnya terutama suhu.Terutama sapi perah
merupakan ternak sangat rentan dengan suhu udara lingkungannya untuk mendapatkan
zona nyamannya (comfort zone) dalam kisaran 25oC - 26oC
dan apabila dalam kondisi atu tidak dalam zona
nyamannya sapi perah dapat mengalami Heat-Stress (HS) sehingga secara
langsung HS dapat menyebabkan laktasi dan produksi susu berkurang.iklim dapat secara
langsung maupun tidak langsung memperngaruhi produksi susu sapi perah.Pengaruh
ataupu aspek tang langsung adalah dari melalui kuantitas dan kualitas
penyediaan hijauan pakan ternak.Oleh karena itu antara iklim dengan nutrisi
pakan mempunyai interaksi yang berakibat pada kemampuan berproduksi sapi perah.
Berkurangnya produksi susu pada sapi perah merupakan
tantangan terbesar dalam manajemen produksi peternakan yang ada karena susu
merupakan komoditi utama yang diambil dari sapi perah.
Maka dari itu
pembahasan yang diambil ialah dampak heatstress terhadap sapi perah yang dalam
kajiannya dapat terlihat signifikan dikarenakan rentannya sapi perah terhadap
suhu dan kelembaban.
Kondisi Lingkungan
Sapi perah yang merupakan hewan homeothermal yang
mampu menyesuaikan suhu tubuh dengan lingkungannya mampu mengatur suhu tubuhnya
untuk mendapatkan zona nyamannya, namun keadaan suhu yang tidak sesuai atau
diluar kemampuan toleransinya dalam menyesuaikan suhu tubuhnya akan mengalami
HS dan mengakibatkan produksi susu berkurang.Hal ini yang mendasari jurnal dari
J. W. West ketika suhu di daerah subtropis yang mempunyai fluktuasi yang cukup
tinggi dibandingkan dengan daerah tropis.
Faktor perubahan iklim dan pemanasan global yang dapat
menyebabkan naiknya suhu serta efek negatif dari pemanasan global itu sendiri
dapat menyebabkan kondisi yang dapat merusak keadaan ternak lain yang berdarah
panas (homeostatis).
Kondisi lingkungan yang panas pun akan berpengaruh
terhadap kualitas pakan hijauan yang disediakan terutama pada suhu panas
kandungan mineral yang dihasilkan akan lebih sedikit dibandingkan dlam keadaan
panas karena kondisi tanah yang kurang mendukung sedangkan sapi perah
memerlukan hijauan yang lebih tinggi dibandingkan sapi pedaging.
Metabolisme ternak
Kemampuan produksi ternak didukung juga dengan
metabolisme tubuh ternak yang baik dan apabila zona nyamannya atau suhu
lingkungannya kurang mendukung maka akan mengganggu kinerja metabolisme ternak
itu sendiri.
Suhu panas pada lingkungan ternak akan mengakibatkan konsumsi
pakan pada ternak menurun tetapia kan meningkatnya konsumsi air (water intake)
oleh ternak untuk membantu pelepasan panas tubuhnya.
Semakin sering ternak berkeringat maka akan semakin
banyak zat makanan dan air yang hilang, sementara air sangat dibutuhkan oleh
sapi perah untuk menghasilkan susu.Naiknya suhu yang sangat tinggi dapat
mempengaruhi juga terhadap nafsu makan pada ternak sehingga feed intake pun
akan menurun.
Ketika suhu lingkungan lebih dingin konsumsi pakan
akan meningkat namun efektifas pakan berkurang karena pakan yang dikonsumsi
lebih banyak dibakar dalam proses metabolismenya untuk menjaga suhu tubuhnya
tetap stabil dan pemenuhuan kebutuhan nutrisi untuk tubuhnya berkurang.
Dampak fisiologi yang ditimbulkan akibat heatstress
Suhu tubuh ternak terutama hewan homeotermal merupakan
hasil keseimbangan panas yang diterima dan dikeluarkan.
Suhu lingkungan yang rendah akan mengakibatkan
meningkatnya frekuensi respirasi karena ternak memerlukan metabolisme untuk
mengatur suhu tubuh dengan lingkungannya dan frekuensi kerja denyut jantung
akan semakin tinggi dengan dibutuhkannya suplai O2 ke seluruh tubuh utuk
menghasilakan proses pembakaran guna meningkatkan suhu tubuhnya agar tetap
satabil.
Meningkatkan kemampuan sapi
pada suhu panas
Suatu upaya memanipulasi iklim terutama suhu
diantaranya dengan membuat sirkulator udara atau pendingin (cooling) sehingga
ketika terjadi fluktuasi suhu udara yang tinggi kondisi kandang dapat
disesuaikan dengan zona nyaman ternak itu sendiri terutama sapi perah yang
memerlukan kondisi suhu udara pada daerah yang bersuhu rendah.
Dengan memanipulasi suhu udara peternak dapat
menciptakan iklim buatan yang sesuai tanpa terpengaruh zona ketinggian ataupun
pengaruh musim dan intensitas cahaya matahari berlebih.
Pemilihan genetika yang baik dan sesuai
Suatu upaya lainnya untuk menghasilakan kualitas
ternak yaitu melakukan pemilihan genetika dan persilangan antara sapi perah dan
sapi pedaging.Sapi pedaging yang mempunyai kualitas genetika yang lebih baik
terhadap suhu panas terutama sapi Brahman yang merupakan ras Zebu dapat
bertahan pada kondisi suhu 38oC menjadikan keuntungan genetika ini
yang dapat dimanfaatkan guna menghasilkan kualitas sapi perah baik.
Kualitas rentang toleransi hidup terhadap suhu panas yang
dimiliki sapi pedaging bukan hanya menghasilkan sapi perah yang lebih baik
namun kemampuan sapi perah yang dihasilkan, mampu diternakkan pada kondisi
lingkungan yang memiliki suhu yang relative tinggi dan zona ketinggian rendah.
Manajemen Nutrisi
Pada suhu lingkungan yang panas ternak akan lebih
banyak mengkonsumsi air dibandingkan dengan pakan yang diberikan karena
kebutuhan untuk melepaskan panas lebih besar sehingga ternak lebih banyak
berkeringat dan melauli proses itulah pelepasan panas dilakukan.Pada proses pelepasan
panas tersebut mineral banyak yang dikeluarkan bersama keringat sehingga tubuh
ternak kekurangan mineral.
Dengan cara memperkecil konsumsi pakan hijauan ternak
dan memberikan lebih banyak konsumsi pakan yang mengandung mineral yang diatur
sesuai kebutuhannya berupa Na dan K untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pada
ternak sehingga pada saat ternak mengalami heatstress kecukupan nutrisi yang
diberikan masih bisa terpenuhi.
Kebutuhan
protein dan asam amino terlepas dari suhu lingkungan sehingga karenanya stress
panas tidak mempengaruhi fisologi
sapi sepanjang kebutuhan protein sudah terpenuhi. Tetapi heatstress dapat mengurangi konsumsi sehingga pada suhu yang lebih tinggi, heatstress berpengaruh
langsung terhadap produksi dan karenanya tidak terlalu menguntungkan untuk
meningkatkan kadar protein untuk
pembentukan susu.
Keseimbangan
asam amino dalam pakan memperkecil deposisi lemak dalam hati, sehingga sapi dapat bertahan terhadap suhu panas. Pakan rendah protein dengan asam amino yang seimbang lebih menguntungkan
dibandingkan pemberian pakan kandungan protein yang tinggi selama suhu panas. Oksidasi atas kelebihan protein atau
asam amino akan menghasilkan panas metabolik.
0 comments:
Posting Komentar