MAKALAH PENGENDALIAN MIKROORGANISME
KAPANG
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Peranan
mikroorganisme dalam kehidupan sangat penting, teknologi mikrobiologis telah
memecahkan sekelumit permasalahan manusia. Pengadaan energi, pangan ,
obat-obatan merupakan hasil dari peranan mikroorganisme. Fermentasi sel mikrobe
menghasilkan alkohol dapat digunakan untuk bahan bakar alternatif. Pengadaan
nutrisi untuk pakan ternak merupakan salah satu terobosan pemecahan masalah
dalam pengadaan pakan ternak. Namun mikroorganisme dapat meneyebabkan
permasalahan, hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta
tanaman yang menimbulkan penyakit. Bukan hanya itu aktifitas negatif
menimbulkan rusaknya bahan makanan hingga berakibat tidak dapat di konsumsi
bahkan beracun. Karena itu perlu adanya suatu usaha untuk mengendalikan
aktifitas dari mikroba. Yang di maksud pengendalian di sini adalah upaya
pemberantasan, penghambatan dan pemusnahan sel mikroba dan segala bentuk sel
vegetatif. Telah banyak di temukan teknik-teknik dalam pengendalian
mikroorganisme seperti desinfektan, sterilisasi, pasteurisasi, antiseptik, germisida,
bakteoristatik, bakterisid yang tentu saja tiap-tiap teknik harus melewati
serangkaian prosedur yang benar sehingga upaya pengendalian dapat memberikan
hasil yang maksimal. Perlu di garis bawahi bahwa tiap-tiap teknik memiliki
suatu tujuan dalam pengendalian seperti teknik sterilisasi yang bertujuan untuk
membunuh segala macam sel mikroba dan bentuk vegetatifnya.
1.1
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalahnya, yaitu :
1. Apa peranan negatif dari kapang?
2. Apa objek yang diserang oleh kapang dan
bagaimana proses kapang menyerang objek tersebut ?
3. Bagaimana cara untuk mengendalikannya?
1.2
Tujuan
Adapun tujuannya, yaitu :
1. Untuk mengetahui peranan negatif dari kapang.
2.
Untuk mengetahui objek yang diserang oleh kapang dan bagaimana proses
kapang menyerang objek tersebut.
3. Untuk mengetahui cara pengendaliannya.
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Morfologi Kapang
Kapang (Mold)
adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada
substrat mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan
terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Ali, 2005).
Menurut Fardiaz (1992),
kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang bercabang
yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa membentuk suatu jalinan yang disebut
miselium. Setiap hifa memiliki lebar 5-10 µm (Pelczar dan Chan, 1986).
Menurut Fardiaz (1992),
dan Waluyo (2004), kapang dapat dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan
struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau
septat. Septat akan membagi hifa menjadi bagian-bagian, dimana setiap bagian
tersebut memiliki inti (nukleus) satu atau lebih. Kapang yang tidak
memiliki septat maka inti sel tersebar di sepanjang hifa. Dinding penyekat pada
kapang disebut dengan septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma
masih dapat bebas bergerak dari satu ruang ke ruang lainnya. Kapang yang
bersekat antara lain kelas Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
Sedangkan kapang yang tidak bersekat yaitu kelas Phycomycetes (Zygomycetes
dan Oomycetes).
Reproduksi Kapang
Secara alamiah kapang
berkembang biak dengan berbagai cara, baik aseksual dengan pembelahan,
penguncupan, atau pembentukan spora. Dapat pula secara seksual dengan peleburan
nukleus dari kedua induknya. Pada pembelahan, suatu sel membelah diri untuk
membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan suatu sel anak tumbuh dari
penonjolan kecil pada sel inangnya (Waluyo, 2004).
Menurut Fardiaz (1992),
secara aseksual spora kapang diproduksi dalam jumlah banyak, berukuran kecil
dan ringan, serta tahan terhadap keadaan kering. Spora ini mudah beterbangan di
udara, dan bila berada pada substrat yang cocok, maka spora tersebut tumbuh
menjadi miselium baru.
Spora aseksual yaitu:
- Konidiospora atau konidia, yaitu spora yang dibentuk di ujung atau di sisi suatu hifa. Konidia kecil dan bersel satu disebut disebut mikrokonidia. Sedangkan konidia besar dan banyak disebut makrokonidia.
- Sporangiospora. Spora bersel satu, terbentuk di dalam kantung spora yang disebut sporangium di ujung hifa khusus yang disebut sporangiofora.
- Oidium atau arthrospora, spora bersel satu ini terjadi karena segmentasi pada ujung-ujung hifa. Sel-sel tersebut selanjutnya membulat dan akhirnya melepaskan diri sebagai spora.
- Klamidospora, spora ini berdinding tebal, dan sangat resisten terhadap keadaan yang buruk yang terbentuk pada sel-sel hifa vegetatif.
- Blastospora, terbentuk dari tunas pada miselium yang kemudian tumbuh menjadi spora. Juga terjadi pada pertunasan sel-sel khamir.(Ali, 2005).
Perkembangbiakan secara
generatif atau seksual dilakukan dengan isogamet atau heterogamet.
Pada beberapa spesies perbedaan morfologi antara jenis kelamin belum nampak
sehingga semua disebut isogamet. Tapi pada beberapa spesies mempunyai
perbedaan gamet besar dan kecil sehingga disebut mikrogamet (sel kelamin
jantan) dan makrogamet (sel kelamin betina).
Spora seksual yaitu:
- Askospora. Spora bersel satu terbentuk di dalam kantung yang disebut dengan askus. Biasanya terdapat 8 askospora di dalam setiap askus.
- Basidiospora. Spora bersel satu terbentuk gada yang dinamakan basidium.
- Zigospora. Spora besar dan berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi dinamakan gametangia.
- Oospora. Spora terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium. Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan di anteridium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium terdapat satu atau lebih oosfer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kapang
1. Kebutuhan air
Kebanyakan kapang
membutuhkan air minimal untuk pertumbuhannya dibandingkan dengan khamir dan
bakteri (Waluyo, 2004). Air merupakan pelarut esensil yang dibutuhkan bagi
semua reaksi biokimiawi dalam sistem hidup dan sekitar 90% menyusun berat basah
sel (Ali, 2005).
2. Suhu pertumbuhan
Kebanyakan kapang
bersifat mesofilik, yaitu mampu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum
pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30oC, tetapi beberapa
dapat tumbuh pada suhu 35-37oC atau lebih. Beberapa kapang bersifat psikotrofik
yakni dapat tumbuh baik pada suhu lemari es, dan beberapa bahkan masih dapat tumbuh
lambat pada suhu dibawah suhu pembekuan, misal -5 sampai -10oC, selain itu
beberapa kapang bersifat termofilik yakni mampu tumbuh pada suhu tinggi
(Waluyo, 2004).
3. Kebutuhan oksigen dan pH
Semua kapang bersifat
aerobik, yakni membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya. Kebanyakan kapang
dapat tumbuh baik pada pH yang luas, yakni 2,0-8,5, tetapi biasanya
pertumbuhannya akan baik bila pada kondisi asam atau pH rendah (Waluyo, 2004).
4. Nutrien
Waluyo (2004)
menyatakan nutrisi sangat dibutuhkan kapang untuk kehidupan dan pertumbuhannya,
yakni sebagai sumber karbon, sumber nitrogen, sumber energi, dan faktor
pertumbuhan (mineral dan vitamin). Nutrien tersebut dibutuhkan untuk membentuk
energi dan menyusun komponen-komponen sel.
Kapang dapat
menggunakan berbagai komponen sumber makanan, dari materi yang sederhana hingga
materi yang kompleks. Kapang mampu memproduksi enzim hidrolitik, seperti
amilase, pektinase, proteinase dan lipase. Maka dari itu kapang mampu
tumbuh pada bahan yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid.
5. Komponen penghambat
Beberapa kapang
mengeluarkan komponen yang dapat menghambat pertumbuhan organisme lainnya.
Komponen ini disebut antibiotik, misalnya penisilin yang diproduksi oleh
Penicillium chrysogenum, dan clavasin yang diproduksi oleh Aspergillus
clavatus. Sebaliknya, beberapa komponen lain bersifat mikostatik atau
fungistatik, yaitu menghambat pertumbuhan kapang, misalnya asam sorbat,
propionat dan asetat, atau bersifat fungisidal yaitu membunuh kapang (Fardiaz,
1992).
Agensia hayati
|
Nama ilmiah
|
Mekanisme pengendalian
|
Jamur
|
Trichoderma viride, T.
harzianum,T. koningii, T.
hamatum, T. pseudokoningii
Penicillium sp
Peniophora gigantean
Phytium oligandrum
Sporodesmium sclerotivorum
Gliocladium virens
|
Mikoparasit, antibiotik dan
enzimatik
Pesaing dan antibiosis.
Mikoparasit
|
Tabel.2.1 Beberapa agensia pengendali mekanisme
hayati tanaman .
III
PEMBAHASAN
3.1 Peranan Negatif Kapang
Aktifitas kapang yang tidak di harapkan dapat menimbulkan
kerugian untuk manusia. Rusaknya bahan pangan, penyebaran penyakit infeksi pada
manusia, hewan, tumbuhan merupakan hal yang merugikan yang berdampak pada
kerugian kesehatan. Beberapa jenis kapang berperan dalam kontaminasi bahan
pangan sehingga menimbulkan mikotoksin seperti spesies aspergilus flavus yang
menghasilkan aflatoksin yang menimbulkan toksin pada kcang tyanah, jagung.
Aflatoksin merupakan mikotoksin yang bersifat heptotoksik dan karsinogenik yang
tentunya sangat berbahaya untuk kesehatan. Penicillium citrinum merupakan
spesies kapang yang kerap kali mengontaminasi beras, kacang tanah, dan jagung.
Spesies ini dapat bersifat neprotoksik ( Makfould, 1993) dan hepatotoksik
(Hastuti, 2001). Kapang Aspergilus
clavatus dapat mengontaminasi jagung, dan gandum ( Wallace et al 1976,
Hesseltine et al 1981 dalam pitt and hocking, 1985 ). Kapang ini juga dapat
mengontaminasi kacang tanah dan kenari ( Jimanenez et al 1991 ) dan biji lada
rusak ( Hastuti 1996) Spesies kapang ini menghasilkan Patulin yang bersifat
nephrotoksi, neurotoksik dan hepatotoksik (betina 1989). Masih banyak
mikotoksin yang di hasilkan oleh spesies kapang seperti fumonisin, ochratoksin,
zearalenon sterigmatosisitin yang di hasilkan oleh kapang yang mengontaminasi
hasil pangan dan pangan olahan. Pencemaran yang ditimbulkan bukan hanya pada
bahan pangan saja tetapi pencemaran terjadi pada pakan ternak yang tentu saja
sangat berbahaya bagi ternak dan bila di konsumsi akan berdampak pula pada
manusia. Perlu di ketahuio bahwa mikotoksin merupakan hasil dari metabolisme
kapang yang bersifat sitotoksik dan menimbulkan terganggunya pembentukan
protein di dalam sel. Pakan dalam bentuk tepung lebih mudah tercemar
dibandimgkan bila dalam bentuk butiran. Jagung atau bahan baku lain dalam
bentuk utuh atau butiran masih mempunyai pelindung di bandingkan dalam bentuk
tepung sehingga lebih tahan terhadap cemaran cendawan ( Yanuarti 2004).
3.2 Objek yang Diserang oleh Kapang dan
Bagaimana Proses Kapang Menyerang Objek Tersebut
Aktifitas kapang yang
tidak di harapkan dapat menimbulkan kerugian bagi objek yang di infeksinya.
Kapang dapat menginfeksi pada manusia, tumbuhan, hewan, bahan pangan,
obat-obatan. Prednisolon misalnya merupakan obat yang dapat di cemari oleh
kapang yang menimbulkan perubahan warna pada obat tersebut. Pakan ternak rentan
oleh pencemaran kapang karena di sebebkan jenis pakan itu sendiri. Pakan tepung
rentang sekali di kontaminasi oleh kapang. Spesies kapang
Aspergilus flavus yang menginfeksi kacang tanah, jagung yang dihasilkan dari
proses metabolisme dari kapang. Mikotoksin dapat merusak strukrur sel seperti
membran dan bersifat sitotoksik. Mikotoksin dapat mengganggu proses sintesis
protein dalam sel seperti pada DNA dan RNA. Jenis mikotoksin yaitu aflanoksin,
fumonisin, ochratoksin, zearalenon sterigmatosistin.Sesungguhnya setiaop kapang
dapat menghasilkan toksin dan apabila terdpat mikroorganisme lain dapat
timbulnya persaingan sehingga efek dari toksisifikasin yang ditimbulkan dapat
berkurang. Respon tubuh terhadap kehadiran toksin yaitu dengan adanya antibodi
sebagai suatu sistem imun dalam tubuh yang dapat mendetoksifikasi. Tentunya
dengan usaha-usaha menggunakan antibiotik dapat membantu lebih banyak dalam
penyembuhan toksin.
3.3 Cara Pengendalian
Setiap mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda
terhadap faktor
lingkungan.
Suhu, tinggi rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri
dapat tumbuh dalam rentang suhu minus 50C
sampai 800C,
tetapi bagaimanapun juga setiap species mempunyai rentang suhu yang pendek yang
ditentukan oleh sensitifitas sistem enzimnya terhadap panas.
Psikrofil adalah
bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 0 oC sampai 20 oC.
Suhu optimumnya sekitar 15 oC. Karakteristik istimewa dari semua
bakteri psikrofil adalah akan tumbuh pada suhu 0 – 5oC. Mesofil adalah
bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 20 oC sampai 45 oC.
karakteristik istimewa dari semua bakteri mesofil adalah kemampuannya untuk
tumbuh pada suhu tubuh (37 oC) dan tidak dapat tumbuh pada suhu di
atas 45 oC.
Derajat keasaman (pH),
pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak kalah pentingnya dari pengaruh
temperatur. Ada pH minimum, pH optimum, dan pH maksimum. Rentang pH bagi
pertumbuhan bakteri antara 4 – 9 dengan pH optimum 6,5 – 7,5. Jamur lebih
menyukai pH asam, rentang pH pertumbuhan jamur dari 1 – 9 dan pH optimumnya 4 –
6. Selama pertumbuhan pH dapat berubah, naik atau turun, bergantung kepada
komposisi medium yang diuraikan. Bila ingin pH konstan selama pertumbuhan harus
diberikan larutan penyangga atau buffer yang sesuai dengan media dan jenis mikroorganisme.
Kebutuhan oksigen, oksigen
tidak mutlak diperlukan mikroorganisme karena ada juga kelompok yang tidak
memerlukan oksigen bahkan oksigen merupakan racun bagi pertumbuhan.
Mikroorganisme terbagi atas empat kelompok berdasarkan kebutuhan akan organisme,
yaitu mikroorganisme aerob yang memerlukan oksigen sebagai akseptor elektron
dalam proses respirasi.
Mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang
tidak memerlukan O2 karena oksigen akan
membentuk H2O2
yang bersifat toksik dan meyebabkan kematian. Mikroorganisme anaerob tidak
memiliki enzim katalase yang dapat menguraikan H2O2
menjadi
air dan oksigen. Mikroorganisme fakultatif anaerob adalah mikroorganisme yang
tetap tumbuh dalam lingkungan kelompok fakultatif anaerob. Mikroorganisme
mikroaerofilik adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen dalam jumlah
terbatas karena jumlah oksigen yang berlebih akan menghambat kerja enzim
oksidatif dan menimbulkan kematian.
Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat
dilakukan dengan cara membunuh mikroorganisme, atau menghambat pertumbuhannya.
Kontrol terhadap pertumbuhan dapat dilakukan secara :
1. Fisik
Secara fisik,
menggunakan uap air panas dan tekanan tinggi, diperoleh panas lembab, efektif
dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan otoklaf memerlukan suhu 1210C,
tekanan 15 psi/1,5 kg/cm2, selama 15 menit. Sterilisasi fisik dapat juga dengan
panas kering menggunakan oven1600C, 2 jam.
Sterilisasi dengan oven untuk alat-alat gelas dan bahan yang tidak tembus air.
2.
Secara kimia
Penggunaan senyawa kimia untuk mengendalikan
pertumbuha mikroorganisme , contoh : HgCl (0,1%), menyebabkan koagulasi
protein .
3.
Secara mekanik
Bahan yang mudah rusak karena pemanasan, misalnya
vitamin, enzim, serum, antibiotik. Contoh : filtrasi, menggunakan filter berupa
membran dengan tebal tertentu, terbuat dari asbes, diatom, porselen, kaca
berpori, selulosa. membran selulosa : diameter pori 0,01-10 μm Bahan/zat yang
tidak dapat dipanaskan pada suhu lebih dari 1000C,
dapat dilakukan pasteurisasi dan tindalisasi. Pasteurisasi memerlukan pemanasan
63-73 oC, digunakan untuk pengawetan air, susu, bir, anggur.
Pasteurisasi dapat membunuh mikroorganisme pathogen (Mycobacterium,
Salmonella, Coxiella) dan beberapa mikroorganisme normal.
Pengendalian mikroorganisme ditujukan untuk:
1.
Pengendalian
Kapang untuk Pencegahan Penyakit
Pengendalian hayati oleh mikroorganisme
baik jamur ataupun bakteri dapat terjadi melalui satu atau beberapa mekanisme
seperti: antibiosis, kompetisi, hiperparasit, induksiresistensi dan memacu
pertumbuhan tanaman (Cook dan Baker, 1974., Van Loon,2000., Kloeppet et
al,1999., Schippers et al, 1987).
Mekanisme antibiosis merupakan
penghambatan patogen oleh senyawa metabolik yang dihasilkan oleh agensia hayati
seperti: enzim, senyawa-senyawa volatile, zat pelisis dan senyawa antibiotik
lainnya. Salah satu contoh adalah agensia hayati kelompok jamur. Jamur
diketahui mampu menghasilkan bermacam senyawa beracun (toksis) untuk melawan
organisma lainnya (Burge, 1988). Dalam mengkolonisasi suatu substrat jamur
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sejumlah produk ektraselular yang
bersifat racun. Kemampuan jamur menghasilkan suatu antibiotik sangatlah penting
dalam menentukan kemampuannya untuk mengkolonisasi dan mengatur keberadaannya
dalam suatu substrat. Antibiotik dapat juga mengakibatkan terjadinya endolisis
atau autolisis yaitu pecahnya sitoplasma suatu sel oleh enzim yang diikuti
kematian yang mungkin disebabkan kekurangan hara, antibiotik ataupun kerusakan
dinding sel. Dengan demikian berhasil tidaknya suatu organisma pengendali
hayati sebagai agensia hayati bergantung pada kemampuan antibiotik yang
dihasilkannya menekan pertumbuhan dan perkembangan patogen tanaman (Baker dan
Cook, 1982).
Kompetisi adalah suatu
mekanisme penekanan aktivitas patogen oleh agensia hayati terhadap
sumber-sumber terbatas seperti zat organik, zat anorganik, ruang dan faktor
–faktor pertumbuhan lainnya. Salah satu contoh adalah persaingan akan
ruang/tempat pada akar. Contoh ektomikoriza merupakan agensia yang dapat digunakan
sebagai agen pengendali hayati. Jamur tersebut mampu membungkus secara efektif
seluruh akar dan menempati bagian rizosfer sehingga apabila ada mikroorganisme
lain seperti misalnya Armilaria mellea atau Phytophthora spp, maka patogen
tersebut tidak dapat lagi mengkolonisasi bagian tersebut.
2.
Pengendalian Kapang
dalam Bahan Makanan
Pengendalian
mikroorganisme dalam bahan makanan perlu dilakukan supaya bahan makan tersebut
tidak cepat rusak atau busuk. Kerusakan bahan makanan oleh mikroorganisme terjadi
karenamikroorganisme tersebut berkembangbiak dan bermetabolisme sedemikian rupa
sehingga bahan makanan mengalami perubahan sedemikian rupa yang menyebabkan
rusaknya bahan makanan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangbiakan mikroorganisme diantaranya :
a.
Waktu
generasi
b.
Faktor
intrinsik
c.
Faktor
ekstrinsik
d.
Faktor
proses
e.
Faktro
implisit
Beberapa istilah dalam mengendalikan jumlah populasi kapang,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam
mengurangi jumlah populasi mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip
cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian
besar populasi mikroba.
2. Desinfeksi
Proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
Proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
3. Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat
antiseptis terhadap tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.
4. Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga
menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara.
IV
KESIMPULAN
Aktifitas kapang yang tidak di harapkan dapat
menimbulkan kerugian untuk manusia.Diantaranya
dapat menjadikan rusaknya
bahan pangan, penyebaran penyakit infeksi pada manusia, hewan, tumbuhan sehingga menjadi hal yang merugikan dan berdampak pada kerugian kesehatan.
Perlunya pengendalian atau
upaya preventif agar bisa mengurangi dan menghilangkan peranan negative kapang
dapat dilakukan dengan beberapa cara pengendalian kapang dapat dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Cleaning
(kebersihan) dan Sanitasi
- Desinfeksi
- Antiseptis
- Sterilisasi
- Germisida
- Antibiotik (Bakterisid & Bakterostatis)
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar
dan Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi Edisi 1. Jakarta : UI Press
Pelczar
dan Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi Edisi 2. Jakarta : UI Press
Prof.
Utamai Sri Hastuti. Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Mikrobiologi Pada FMIPA Universitas Negeri
Malang (UM). 16 Desember
2010.
Riza
Zainuddin Ahmad, 2008 Cemaran Kapang Pada Pakan Dan Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian
Veteriner. Bogor
0 comments:
Posting Komentar