Prospek industri pembibitan ayam di Indonesia
sangat menguntungkan, melihat tingginya permintaan pasar akan konsumsi daging
ayam dan telur. Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas tidak terlepas dari
beberapa koefisien mulai dari hal pemeliharaan, kandang, dan prospek usahan
yang dapat dijabarkan melalui beberapa hal berikut:
3.1.1. Pemilihan Bibit
Bibit yang baik mempunyai ciri :
sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan
kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran
(anus) bersih. Merupakan strain murni (pure breed) dan tidak pernah disilangkan
dengan ayam manapun (F1).
3.1.2. Perkandangan
dan Bangunan Pendukung
Perkandangan yang digunakan
adalah close house dengan sistem litter dan terdiri dari tiga buah kandang
yaitu kandang untuk DOC (starter), kandang pullet (grower), dan kandang
produksi (layer). Jarak antar kandang 20 m. Hal tersebut untuk mengurangi
penyebaran penyakit. Untuk kandang fase starter hanya dibangun satu buah
kandang dengan luas 60 m2 (6 m x 10 m) dengn kapasitas 1000 ekor. Sedangkan
untuk kandang fase grower dan fase produksi masing-masing dibangun tiga buah
kandang dengan jarak antar kandang 4m. Untuk luas kandang fase grower 160 m 2
(8 m x 20 m) dengan kapasitas 1000 ekor, dan luas kandang fase produksi 600 m2
(20 m x 30m) dengan kapasitas 1000 ekor dilengkapi dengan sarang (nest). Desain
kandang, bangunan lainnya adalah kantor dengan luas 30 m 2, ruangan penetasan
80 m2, mess untuk karyawan tetap 120 m2, gudang pakan 100 m2, dan gudang
peralatan 40 m2.
Ada dua tipe kandang pada ayam
pembibit, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung
lantai kandang lebih bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah (free-fall),
tidak memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya
pembuatan kandang lebih besar biasanya digunakan setelah ayam memasuki fase
laying. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat
dan lebih murah dan digunakan pada fase pemeliharaan yaitu ketika starter dan
grower.
- Lokasi kandang
Kandang ideal terletak di daerah
yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat
sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat, serta dekat dengan sarana
produksi (poultry shop).
- Suhu udara dalam kandang.
Suhu ideal kandang sesuai umur
adalah :
Umur (hari)
|
Suhu ( °C )
|
01 – 07
|
34 – 32
|
08 – 14
|
29 – 27
|
15
– 21
|
26 – 25
|
21 - 28
|
24 – 23
|
29 – 35
|
23 – 21
|
- Pergantian udara dalam kandang.
Ayam bernafas membutuhkan oksigen
dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi,
ventilasi kandang harus baik.
3.1.3. Tata Laksana
Pemeliharaan
- Teknis Pemeliharaan fase starter
Pada awal pemeliharaan, kandang
ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari
pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan
kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2,
lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari
pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak
minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit
- Teknis Pemeliharaan fase grower
Pada fase growing, kepadatan kandang harus
diperhatikan. Biasanya pada model kandang litter
kepadatan 6–8 ekor/m2 dan kepadatan kandang slatadalah 8-10 ekor/m2. Bila kandang terlalu padat dan litter kurang terkontrol, berdampak pada
tingginya amoniak dalam kandang. Kadar amoniak dalam kandang maksimal sebesar
20 ppm. Untuk pakan, pada ayam umur 9-15 minggu sebaiknya kadar protein
diturunkan agar ayam banyak makan. Tujuannya adalah agar temboloknya melar, usus, pencernaan, dan hati
terpacu dan ukurannya membesar.
- Teknis Pemeliharaan fase laying
Produksi telur pada ayam
breeder dimulai pada saat ayam berumur 24 minggu. Pada permulaan produksi
telur, persentase produksi hen day sekitar 5 %. Persentase tersebut meningkat
dengan cepat pada 8 minggu pertama produksi telur. Pada saat ayam berumur 31-32
minggu, produksi telur mencapai puncaknya dengan persentase produksi hen day
lebih dari 80 %. Produksi telah mencapai puncaknya apabila selama 5 hari
berturut-turut produksi telur tidak meningkat. Setelah mencapai puncaknya,
persentase produksi hen day menurun secara konstan dengan laju penurunan
sebesar 1% per minggu. Pada saat ayam berumur 65 minggu, persentase produksi
hen day telah berada di bawah angka 50%. Pada saat tersebut, produksi telur dapat dikatakan
telah berhenti. Pullet adalah ayam yang dipelihara di umur 0-16 minggu.
Pendapat lain menyatakan bahwapullet adalah ayam masa DOC hingga masa
bertelur di bawah 5%. Berdasarkan kebutuhan nutrisi, pullet terbagi
dua yaitu starter (0-5 minggu) dan grower (6-16 minggu).
3.1.4. Pakan
Pakan merupakan 70% biaya
pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang
dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral,
sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.
Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).
Apabila menggunakan pakan dari
pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang
dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran atau
starter (umur 0 sampai 8 minggu), yang harus mengandung kadar protein minimal
23%. Tahap kedua disebut grower (umur 8 – 16 minggu), yang memakai pakan berkadar
protein diabatasi sekitar18 %.
Efisiensi pakan dinyatakan dalam
perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama
pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen.
3.1.5. Vaksinasi
Vaksinasi
adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan
kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan
pada umur 4 dan 21 hari.
3.1.6. Penyakit
Beberapa macam enyakit yang
sering menyerang ayam mulai dari periode pemeliharaan hingga periode
laying yaitu :
- Tetelo (Newcastle Disease/ND), disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 – 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-putar yang akhirnya mati. Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah menularkan melalui kotoran dan pernafasan.
- Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD), Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus. Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar. Sering menyerang pada umur 36 minggu. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar. Pencegahan dilakukan dengan pemberian vaksin Gumboro.
- Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease), Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai.
- Berak Kapur (Pullorum), Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.. Penularan melalui kotoran. Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik.
3.1.7. Sanitasi/Cuci
Hama Kandang
Sanitasi kandang harus dilakukan
setelah panen. Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pencucian
kandang dengan air hingga bersih dari kotoran limbah budidaya sebelumnya. Tahap
kedua yaitu pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk sanitasi yang
sempurna selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan formalin, untuk membunuh
bibit penyakit. Setelah itu dibiarkan minimal selama 10 hari sebelum budidaya
lagi untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh
perlakuan sebelumnya.
Asumsi dan
koefisien teknis pada usaha pembibitan ayam dapat dilihat di tabel berikut:
Aspek Teknis
|
Koefisien
|
Satuan
|
Target penjualan DOC Betina
|
20.000
|
ekor/bulan
|
pembelian DOC PS
|
1.000
|
Ekor
|
Ayam Betina
|
90
|
%
|
Pengafkiran ayam
|
18
|
Bulan
|
Jumlah ayam afkir
|
964
|
ekor/periode produksi
|
Fase starter
|
2
|
Bulan
|
Mortalitas Fase starter
|
2
|
%/periode
|
Fase grower
|
4
|
Bulan
|
Mortalitas Fase grower
|
1
|
%/periode
|
Fase produksi
|
12
|
Bulan
|
Mortalitas Fase produksi
|
1
|
%/periode
|
Jumlah hari rata-rata
|
30 hari/bulan
|
|
Daya tetas
|
85 %
|
|
Waktu Penetasan
|
21 hari
|
|
sex ratio DOC betina
|
50 %
|
|
Konsumsi pakan
|
|
|
Fase starter
|
2.000 gram/periode
|
|
Fase grower
|
100 gram/ekor/hari
|
|
Fase produksi
|
110 gram/ekor/hari
|
|
Manure
|
100 kg/kandang/bulan
|
KESIMPULAN
Usaha ayam pembibit merupakan industri pembibitan untuk menghasilkan bibit bagi ayam ras pedaging
maupun petelur, serta merupakan penghasil unggulan hasil persilangan dari
bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi. Saat ini ayam
pembibit telah mampu menghasilkan bibit ayam broiler dalam 5-6 minggu sudah bisa dipanen dan menghasilkan ayam petelur
dengan produktivitas 300 butir/tahun. Permintaan daging ayam ras setiap tahun selalu
meningkat karena kesadaran akan konsumsi protein hewani semakin baik di
kalangan masyarakat. Dengan semakin tingginya permintaan akan ayam dan telur, maka usaha
agribisnis ayam ras pembibit dinilai cukup menguntungkan.
0 comments:
Posting Komentar