F Produsen Peternakan - galihghungs blog

Produsen Peternakan

1. PENDAHULUAN

Produsen peternakan adalah orang atau lembaga atau perusahaan yang kegiatan usahanya memproduksi atau menghasilkan ternak dan hasil ternak seperti sapi, domba, kambing, susu, telur dan wool/bulu domba. Dalam sistem agribisnis posisi produsen ada pada sub sistem II atau sub sistem budidaya. Lokasi tempat tinggal perusahaan pada umumnya berada di daerah pedesaan, terutama produsen yang memelihara ternak ruminansia. Ternak ruminansia adalah ternak yang pakan pokoknya berupa hijauan seperti rumput dan dedaunan, baik yang ditanam secara khusus maupun limbah pertanian. Produsen telur dan broiler lokasi usahanya lebih dekat ke daerah konsumen, karena usaha ini tidak memerlukan lahan yang luas dan pakan pokoknya berupa biji bijian yang diramu oleh pabrik pakan ternak menjadi pakan ternak yang berkualitas tinggi.

2. MOTIV USAHA PETERNAKAN

Sejak dahulu kala pada masa berkuasanya raja raja di daerah Nusantara pada abab ke 14, masa penjajahan Belanda pada abad ke 20, masa awal kemerdekaan terbentuknya Negara Indonesia sampai masa kini abad ke 21, jenis usaha peternakan di Indonesia mengalami perubahan yang mengarah kepada kemajuan. Namun demikian, perubahan jenis usaha peternakan ini tidak bersifat menyeluruh mencakup berbagai jenis ternak, karena banyak faktor yang memengaruhinya. Terlepas dari kesemuanya itu, pada saat ini di Indonesia dapat ditemui tiga motiv usaha peternakan yang mencakup berbagai jenis ternak yang ada. Adapun ketiga jenis usaha peternakan tersebut adalah: a. Usaha Peternakan Subsistens,  b. Usaha peternakan Semi Komersial dan c. Usaha peternakan Komersial.

A. Usaha Peternakan Subsistens/Tradisional

Usaha peternakan subsistens/tradisional adalah motiv usaha peternakan yang  ditujukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Jenis ternak yang diusahakan adalah: domba, kambing, sapi potong, kerbau, ayam lokal, bebek lokal,   Adapun ciri ciri yang melekat pada usaha peternakan subsistens ini adalah:

1. Skala usaha ekonomi kecil, 2. Investasi modal kecil, 3. Hasil produksi sedikit, 4. Kualitas produk tidak standar, 5. Penjualan produk tidak teratur, 6. Harga ditentukan pembeli, 7. Pengetahuan beternak sederhana, 8. Manajemen tradisional, 9. Pakan yang diberikan seadanya, 10. Tidak dilakukan pencegahan penyakit, 11. Ternaga kerja keluarga  tidak terdidik, 12. Usaha sampingan, 13. Tidak memperhitungkan nilai nilai ekonomi, 14. Tidak memperhatikan keinginan konsumen, 15. Pemilikan ternak hanya beberapa ekor, 16. Bibit yang diusahakan bibit lokal.

Pada usaha peternakan yang bermotiv subsistens keadaan pengusaha relatif sulit untuk menghitung keuntungan, karena peternak tidak memperhitungkan berapa biaya produksi,  jarak fisik antara produsen dengan konsumen akhir relatif pendek, permintaan konsumen terbatas dan spesialisasi pekerjaan masyarakat masih sederhana. Keadaan seperti ini biasanya ditemui pada tingkat perekonomian masyarakat yang belum berkembang atau perekonomiannya berkembang lambat. Lambatnya perkembangan perekonomian pada masyarakat tersebut akan lebih parah lagi, jika disertai dengan tingkat komunikasi yang rendah. Saluran pemasaran pada usaha peternakan subsistens dapat digambarkan sebagai berikut.

Produsen

Konsumen

Gambar 1.   Saluran Pemasaran Produk Pada Usaha Peternakan Subsistens

B. Usaha Peternakan Semi  Komersial.

Usaha peternakan semi komersial adalah motiv usaha peternakan yang lebih unggul daripada usaha peternakan subsistens/tradisional. Usaha peternakan semi komersial ini selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga juga ditujukan untuk dijual ke pasar. Jenis ternak yang diusahakan adalah: sapi perah, kambing perah, ayam ras broiler, ayam ras petelur dan burung puyuh. Adapun ciri ciri usaha peternakan semi komersial ini adalah sebagai berikut:

1. Skala usaha ekonomi menengah , 2. Investasi modal sedang, 3. Hasil produksi cukup banyak, 4. Kualitas produk sudah standar, 5. Penjualan produk teratur, 6. Terlibat dalam lembaga koperasi dan harga ditentukan koperasi , 7. Pengetahuan beternak cukup baik, 8. Manajemen sistematik, 9. Pakan yang diberikan kualitas sedang, 10. Sudah dilakukan pencegahan penyakit/vaksinasi, 11. Ternaga kerja keluarga  dan luar keluarga sudah terdidik, 12. Usaha pokok, 13. Sudah memperhitungkan nilai nilai ekonomi, 14. Sudah memperhatikan keinginan konsumen, 15. Pemilikan ternak beberapa ekor sampai puluhan ekor tergantung jenis ternaknya, 16. Bibit yang diusahakan bibit unggul.

Pada usaha peternakan yang bermotiv semi komersial keadaan pengusaha relatif lebih mudah untuk menghitung keuntungan, karena peternak sudah memperhitungkan biaya produksi yang pokok jarak fisik antara produsen dengan konsumen akhir relatif  lebih jauh dan diantara produsen dengan onsumen sudah ada suatu lembaga perantara yang berupa pedagang, permintaan konsumen sudah meningkat  dan spesialisasi pekerjaan masyarakat  sudah mulai terbentuk.

Produsen

Pedagang

Konsumen

Gambar 2. Saluran Pemasaran Produk Pada Usaha Peternakan Semi Komersial

C. Usaha Peternakan Komersial

Usaha peternakan komersial adalah mitiv usaha peternakan modern yang padat modal dan teknologi maju dengan pengelolaan manajemen ilmiah. Usaha peternakan komersial ini ditujukan untuk memenuhi permintaan konsumen dengan imbalan keuntungan yang besar. Adapun ciri ciri  motiv usaha peternakan komersial ini adalah sebagai berikut:

1. Skala usaha ekonomi besar, 2. Investasi modal besar, 3. Hasil produksi sangat banyak, 4. Kualitas produk sudah standar, 5. Penjualan produk teratur, 6. Perusahaan mandiri berbentuk PT, 7. Pengetahuan beternak sangat baik, 8. Manajemen ilmiah, 9. Pakan yang diberikan kualitas tinggi, 10. Dilakukan pencegahan penyakit/vaksinasi, 11. Ternaga kerja luar keluarga terdidik, 12. Usaha pokok, 13. Sangat memperhitungkan nilai nilai ekonomi, 14. Sangat memperhatikan keinginan konsumen, 15. Pemilikan ternak sangat banyak, 16. Bibit yang diusahakan bibit unggul.

Pada usaha yang bermotiv komersial keadaan pengusaha sangat mudah untuk menghitung keuntungan, karena segala biaya yang dikeluarkan sudah dihitung, produk yang dihasilkan banyak, jarak antara produsen dengan konsumen sudah  relatif lebih  jauh lagi, lembaga pemasaran yang terlibat lebih banyak, permintaan konsumen sangat banyak dan spesialisasi pekerjaan masyarakat sudah tinggi. Keadaan seperti ini biasanya ditemui pada tingkat perekonomian masyarakat yang sudah berkembang atau  perekonomiannya sudah berkembang. Perkembangan perekonomian pada masyarakat tersebut akan lebih baik lagi, jika disertai dengan tingkat komunikasi yang sangat baik. Saluran pemasaran pada usaha peternakan subsistens dapat digambarkan sebagai berikut.

1 – 2 – 3 – 4 – 5 - 6

Keterangan:

1 = podusen

2 = pedagang pengumpul

3 = pedagang besar penerima

4 = pedagang besar penyebar

5 = pedagang besar penyebar

6 = konsumen

 

Sumber : Suryadi’s blog : little.16mb.com

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar