Pemanfaatan
Daun Ketapang sebagai Media Penurun pH Air Sisa Cucian
Galih
Agung Gunawan
200110120123
Fapet III
Fakultas
Peternakan
Universitas
Padjadjaran
ABSTRAK
Lingkungan kampus
UNPAD Jatinangor yang merupakan daerah perbukitan dan terletak di kaki gunung
serta didukung dengan tanaman dan tekstur tanah yang subur untuk ditanami
pepohonan membuat kawasan kampus Jatinangor menjadi lebih rindang dan
mengurangi panasnya kawasan Jatinangor.Bahkan dengan wilayah yang mendukung
kampus Jatinangorpun mempunyai pusat perlindungan dan konservasi yaitu
Arboretum yang lumayan luas yang berguna melestarikan tanaman tanaman yang ada
di wilayah parahyangan.
Setelah mengamati
jenis flora yang ada di kawasan Jatinangor.Ada salah satu tanaman yang menarik
lagi untuk ditelaah lebih lanjut yaitu tanaman pohon Ketapang (Termanilia Catappa) yang mempunyai
karakteristik berdaun lebar dan biji yang cukup keras dan mirip kacang
almond.Dengan banyaknya populasi tanaman ini di kawasan Kampus UNPAD terkadang
kita dapat melihat biji-bijinya berserakan di jalanan atau lingkungan kampus
karena pohon ini hampir bisa ditemukan di setiap fakultas yang bahkan jika
dihitung fakultas yang ada di UNPAD cukup banyak yaitu sekitar 14 fakultas di
kawasan Jatinangor serta fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan kemahasiswaan
lainnya.
Terkadang timbul
pertanyaan mengapa biji atau tanaman ini tidak dimanfaatkan dengan baik atau
bahkan dapat menjadi suatu nilai jual karena kita sering melihat para petugas
kebersihan yang memang cukup banyak jumlahnya membersihkan biji-biji yang
berserakan di jalanan yang sebenarnya menjadi tidak ada nilainya hanya menjadi
sampah yang selanjutnya dibakar atau dibuang.Banyaknya petugas kebersihan yang
bisa dikatakan hanya untuk membersihkan biji atau daun-daun ketapang ini
menjadi kurang efisien dalam kerja dan nilai financial yang harus dikeluarkan
pihak kampus untuk menjaga lingkungannya.Sebenarnya berapa banyak tenaga dan
nilai materi yang harus dikeluarkan hanya untuk memberihkan biji-biji yang
berserakan dibandingkan dengan mengolah biji-biji tadi menjadi nilai konsumsi
yang berguna bahkan dapat dikembangkan yang dapat menjadi sebuah pengabdian
pada masyarakat yang dapat dikembangkan lebih lanjut mengingat budidaya pohon
yang lebih mudah dan tidak menimbulkan sampah yang cukup banyak dan mengotori
lingkungan.
Dari hasil yang
ditemukan lewat internet ternyata cukup banyak tesis bahkan website yang
membahas tentang kegunaan dan kelebihan pohon ketapang ini yang mempunyai banyak kegunaan dan manfaat yang
dapat dihasilkan dari pohon ketapang atau (Terminalia Catappa) bahkan dalam
budidayanya yang cukup mundah sehingga kita tidak takut akan langkanya objek
atau bahan penelitian karena banyaknya populasi pohon ini yang hampir dapat
ditemukan di setiap lingkungan fakultas.
Namun di lingkungan
UNPAD sendiri masih kurangnya peran mahasiswa dalam melihat fenomena yang ada
terhadap lingkungan sekitar ini.Pembuatan makalah ini diharapkan mampu
menggugah sikap kritis dan ilmiah mahasiswa terhadap fenomena yang ada dan
mampu menerapkannya dalam suatu metoda ilmiah untuk pengkajian sehingga mampu
menghasilkan suatu produk dan terciptanya efektifitas serta efisiensi.
Kata kunci : Daun ketapang, Air cucian,
PH air, limbah air cucian, pemanfaatan limbah, mengurangi energi SDM, produk ramah
lingkungan
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zaman modern
sekarang ini, masyarakat telah banyak menggunakan jasa laundry. Usaha laundry
merupakan kegiatan usaha jasa yang banyak menghasilkan limbah cair. Pembuangan
limbah yang berasal dari kegiatan usaha laundry masih dibuang ke lingkungan
tanpa ada pengolahan. Limbah laundry mengandung senyawa aktif metilen biru
(surfaktan) yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan maupun
lingkungan. Diperlukan suatu upaya pengolahan limbah yang berasal dari kegiatan
laundry untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
Kegiatan usaha
laundry menghasilkan suatu limbah yang berupa cairan, sisa air cucian yang
bersifat basa. Kebanyakan limbah cair ini dibuang ke badan air seperti sungai.
Hal ini bisa menyebabkan badan air menjadi tercemar atau bersifat basa. Salah
satu upaya sederhana untuk pengurangan pencemaran yaitu dengan menurunkan pH
sisa air cucian terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Penurunan pH,
dapat dilakukan dengan cara merendamkan daun ketapang kedalam air sisa cucian
tersebut.
Ketapang dalam
bahasa ilmiah adalah terminalia catappa, atau sering disebut dengan kenari
tropis. Tanaman ini sering digunakan sebagai tanaman peneduh karena daunnya
yang membentuk seperti payung. Setiap harinya selalu ada daun kering yang
berguguran dan menjadi sampah karena tidak digunakan. Pohon ketapang
menghasilkan racun pada daunnya yang berguna untuk melindungi dari gangguan
serangga dan parasit. Oleh karena itu kita tidak akan menemukan pohon ketapang
diserang oleh hama. Daun yang kering ketika terendam air akan menghasilkan air
yang berwarna kuning kecoklatan. Air tersebut mengandung asam organik seperti
humic dan tannin.
Sifat-sifat basa
yaitu mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila
terkena kulit, dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi kertas lakmus biru,
dapat menetralkan asam.
Alat untuk mengukur
skala keasaman atau pH adalah pH meter dan indikator universal. Skala pH nya
adalah antara 0-14. Tingkatan keasaman yaitu,apabila nilainya 0-6,9 maka
disebut asam. Apabila nilainya 7 adalah netra. Dan jika lebih dari 7, yaitu
7,1-14 disebut basa.
1.2 Rumusan masalah
Masalah yang
ditemukan di wilayah kawasan Kampus Jatinangor terutama dalam masalah
pengelolaan limbah yang kurang sadar dalam dampak yang ditimbulkan untuk masa
yang akan dating, dalam hal ini pencemaran limbah di air sangat, berikut
merupakan masalah yang diamati :
·
Pencemaran limbah rumah tangga / air bekas
cucian yang limbahnya langsung dibuang pada saluran air
·
Banyaknya usaha jasa pencucian, terutama di
kawasan yang didominasi oleh mahasiswa berupa kost-kostan.
·
Kurang sadarnya masyarakat akan dampak yang
ditimbulkan untuk masa yang akan datang
·
Saluran air yang kotor dan tidak terawat
·
Air selokan yang kotor sehingga menyebakan
warna hitam dan bau
·
Banyaknya pohon ketapang yang kurang
dimanfaatkan di wilayah sekitar kampus
·
Terbuangnya energi dari SDM yang dibutuhkan
hanya untuk membersihkan sampah
1.3 Identifikasi masalah
Dengan melihat
beberapa fenomena yang terjadi saat ini, sebagai mahasiswa dituntu dapat
mengkaji dan menelaah sehingga dapat membuat suatu penyelesaian dalam masalah
yang ada, berikut beberapa yang dapat diindentifikas, yaitu :
·
Mahasiswa mampu berpikir kritis,
intelektual, dan objektif sesuai dengan fakta dan fenomena yang ada
·
Dapat membuat suatu penyelesaian mengenai
pengelolaan limbah air cucian yang ramah lingkungan
·
Pohon ketapang yang mengandung asam organik
dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar basa pada air
·
Mengurangi energi SDM yang terbuang dengan
pemanfaatan limbah pohon ketapang
·
Menghasilkan siklus pengelolaan limbah
secara berkelanjutan.
1.4 Tujuan dan manfaat
Ada beberapa tujuan
dan pemanfaatan yang selanjutnya ingin dicapai setelah dilakukannya penelitian
ini adalah sebagai berikut,yaitu :
·
Dapat menghasilkan bahan alternative sebagai
penurun pH air sisa cucian.
·
Memanfaatkan daun ketapang yang banyak
terdapat di sekitar kita untuk menurunkan pH air sisa cucian secara alami.
·
Membuat air sisa cucian menjadi lebih aman
untuk dibuang ke lingkungan.
·
Dalam skala besar dapat diterapkan pada
industri jasa pencucian.
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Pohon Ketapang
Ketapang atau katapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis
pohon tepi pantai yang rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah
bertingkat-tingkat, ketapang kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan
tepi jalan.
a.
Taksonomi
Kerajaan
: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magniliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Terminalia
Species
: Terminalia catappa
b.
Persebaran
Ketapang merupakan tumbuhan asli
Asia Tenggara dan umum ditemukan di wilayah ini, kecuali di Sumatera dan
Kalimantan yang agak jarang didapati di alam. Pohon ini biasa ditanam di
Australia bagian utara dan Polinesia, demikian pula di India, Pakistan,
Madagaskar, Afrika Timur dan Afrika Barat, Amerika Tengah, serta Amerika
Selatan.
c.
Habitat
Pohon ini cocok dengan iklim pesisir
dan dataran rendah hingga ketinggian sekitar 400 m dpl. Curah hujan antara
1.000 – 3.500 mm/tahun, dan bulan kering hingga 6 bulan.Ketapang menggugurkan
daun hingga dua kali setahun, sehingga tumbuhan ini bisa tahan menghadapi
bulan-bulan yang kering. Buahnya yang memiliki lapisan gabus dapat
terapung-apung di air sungai dan laut hingga berbilan-bulan, sebelum tumbuh di
tempat yang cocok.
d.
Kegunaan
Kulit kayu dan daun-daunnya
dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit, sebagai bahan pewarna hitam, dan juga
untuk membuat tinta. Kulit kayunya menghasilkan zat pewarna kuning kecoklatan
sampai warna zaitun, dan mengandung 11 – 23% tanin, sementara daundaunnya mengandung12
macam tanin yang dapat dihidrolisis. Penggemar ikan hias menaruh daun-daun
ketapang kering di akuarium, khususnya ikan cupang (Betta spp), untuk memperbaiki
kesehatan dan memperpanjang umur ikan.
Kayu terasnya merah bata pucat
hingga kecoklat-coklatan, ringan sampai sedang, BJnya
berkisar antara
0,465 – 0,675, cukup keras dan ulet, namun tidak begitu awet. Kayu ini
dalam perdagangan
dikenal sebagai red-brown terminalia, dan digunakan sebagai penutup lantai atau
venir. Di Indonesia, kayu ini digunakan dalam pembuatan perahu dan juga untuk bahan
rumah.
Biji Ketapang dapat dimakan mentah
atau dimasak, konon lebih enak dari biji kenari, dan digunakan sebagai
pengganti biji amandel (almond) dalam kue-kue. Inti bijinya yang kering jemur
menghasilkan minyak berwarna kuning hingga setengah dari bobot semula. Minyak
ini mengandung asam-asam lemak seperti asam palmiat (55,5%). Asam oleat
(23,3%), asam linoleat, asam stearat dan asam miristat. Biji kering ini juga
mengandung protein (25%), gula (16%), serta berbagai macam asam amino.
e.
Budidaya
Spesies ini mudah diperbanyak dengan
biji. Perbanyakan vegetatif dengan stek akar juga bisa dilakukan. Waktu
pematangan buah bervariasi antar wilayah dan dapat sporadis atau terjadi lebih
dari sekali per tahun. Buah siap untuk koleksi ketika ukurannya maksimal dan
telah mulai menunjukkan beberapa perubahan warna yaitu menjadi red purple atau
kuning atau kecoklatan.
Banyaknya buah
sekitar 15 – 60 buah/kg. Daging luar harus dikupas dari biji sesegera
mungkin setelah
dipanen (dalam 1 – 2 hari). Biji tanpa daging luas sebanyak 70 – 150 buah/kg.
Perilaku penyimpanan biji tidak
diketahui, tetapi biji kehilangan viabilitas cukup cepat dalam penyimpanan.
Benih dianjurkan daitanam dalam waktu 4 – 6 minggu penyimpanan.Benih yang
berkecambah dilindungi di bawah naungan. Bibit harus dipindahkan ke dalam wadah
secepat mungkin setelah munculnya perkecambahan. Bibit yang semakin besar dipindah
ketingkat pencahayaan yang lebih tinggi misalnya intensitas cahaya 30 – 50%
selama 1– 2 minggu setelah tanam, kemudian 25% selama 1 bulan, kemudian
matahari penuh selama 2 bulan sebelum penanaman.
Bibit harus ditanam pada awal musim
hujan. Urutan koleksi benih untuk produksi bibit;Juli – Agustus, perkecambahan;
bulan September – November, tahap penaburan benih;Desember – Januari, tanam di
lapangan. Saat ditanam, tinggi tanaman harus sekitar 25 cm – 30cm.
2.2
Metode
Penelitian
Pada percobaan mengenai penurunan pH
air sisa cucian dengan alternatif bahan
baku daun ketapang kering ini dilakukan dengan cara sederhana. Teknologi daun
ketapang kering ini telah lama digunakan dalam penurunan pH air karena dapat
menurunkan pH air pada akuarium. Pada percobaan ini akan membahas mengenai
proses penurunan pH air sisa cucian dengan menggunakan daun ketapang kering.
Percobaan ini berlangsung selama 6
hari, dikarenakan proses dilakukan mulai dari mengeringkan daun ketapang hingga
daun ketapang siap untuk digunakan. Proses perendaman berlangsung selama 3 hari
dan setiap harinya dilakukan pengukuran pH.
a. Objek Percobaan
Sebagai objek percobaan ini adalah
daun ketapang kering dan daun ketapang segar sebagai bahan baku penurun pH dan
perbandingan mengenai variable yang lebih cepat menurunkan pH.
b.
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan
Bahan yang digunakan
dalam percobaan ini adalah:
·
daun ketapang kering
·
air sisa cucian.
Alat
Alat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah:
·
Ember/wadah
·
Gelas ukur
·
Kertas pH
c.
Prosedur Kerja
1. Memilih
daun ketapang yang baik.
2. Membersihkan
daun ketapang dari kotoran-kotoran yang menempel pada daun.
3. Mengeringkan
daun ketapang di bawah sinar matahari agar daun lebih kering lagi.
4. Menyiapkan
air sisa cucian sabun di dalam wadah atau ember.
5. Mengukur
pH awal air sisa cucian sabun dengan menggunakan kertas lakmus.
6. Menghitung
pH awal air sisa cucian sabun.
7. Merendam
daun ketapang yang sudah kering kedalam air sisa cucian sabun.
8. Mengukur
pH rendaman daun ketapang pada air sabun setiap 1x24 jam selama 3 hari.
d. Rencana Anggaran Biaya
Anggaran biaya untuk
penurunan pH air sisa cucian menggunakan daun ketapang kering adalah sebesar Rp 10.000,- dengan rincian
sebagai berikut :
Tabel 1
Anggaran biaya pembuatan alat
No.
|
Nama barang
|
Harga satuan
|
Jumlah
|
Total
|
1.
|
Air sisa cucian
|
-
|
250 ml
|
|
2.
|
Daun ketapang
|
-
|
5 lembar
|
|
3.
|
Kertas pH
|
10.000/pack
|
5 lembar
|
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
|
|
10.000
|
e. Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian
yang telah kami lakukan dihasilkan data sebagai berikut:
Tabel 2. Pengukuran
pH dari hari pertama hingga ketiga
PH air percobaan
|
Pengukuran PH air
per/hari
|
||
Hari ke-1
|
Hari ke-2
|
Hari ke-3
|
|
Daun Segar
|
9
|
9
|
9
|
Daun Kering
|
9
|
8
|
8
|
Air sisa cucian yang
mempunyai pH awal 9 setelah direndam dengan daun ketapang selama 3 hari
mengalami penurunan pH, yaitu menjadi 8. Pada air bekas rendaman daun ketapang
berwarna coklat gelap dan keruh oleh serat daun ketapang. Karena warna coklat
tersebut diakibatkan oleh asam tannin pada kandungan daun ketapang kering
sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan.
III
PEMBAHASAN
Dari hasil pengujian yang telah
dilakukan maka dapat didapatkan bahwa diperlukannya penelitian lebih lanjut dan
penelitian dengan berbagai variable untuk mendapatkan variasi data. Pemakaian
daun ketapang yang segar (masih hijau) dan daun ketapang yang sudah kering
dilakukan untuk mengetahui daun mana yang memiliki kemampuan terbesar dalam
menurunkan pH. Daun ketapang diketahui memiliki kandungan asam organic humic
dan tannin. Namun diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai asam
organic terbesar berada di daun yang mana.
Penggunaan daun ketapang yang berupa
lembaran ( utuh ) maupun penggunaan daun ketapang yang dihancurkan ( serbuk )
sepertinya memiliki kegunaan yang sama, hanya saja terletak pada efisiensi
penggunaannya. Bentuk serbuk sepertinya lebih mudah digunakan dibandingkan
dengan daun yang berbentuk lembaran. Bentuk serbuk memiliki keunggulan
tersendiri misalnya dalam hal pengembangannya yakni lebih mudah untuk dibawa
ataupun dalam hal penyimpanannya dalam skala besar.
Waktu perendaman yang dilakukan
ketika penelitian termasuk singkat yakni 2-3 hari. Perlunya dilakukan
perendaman yang lebih lama untuk mengetahui penurunan pH secara signifikan.
Ketika penelitian dengan waktu 2-3 hari hanya menghasilkan penurunan pH dari 9
menjadi 8. Perendaman yang lebih lama kemungkinan akan menghasilkan penurunan
pH lebih dari 1.
Ketika pengukuran pH perlu dilakukan
pengadukan agar tercampur antara ekstrak daun ketapang dan air limbah. Ketika
penelitian tidak dilakukan pengadukan pada saat pengukuran pH. Kandungan asam
organic yang dapat menurunkan pH terletak di dasar rendaman maka untuk itu
diperlukan pengadukan agar hasil yang didapat bias semaksimal mungkin.
Penggunaan daun ketapang pada air
cucian mengakibatkan air cucian menjadi keruh sehingga masih sulit untuk
pemakaian kembali air yang telah digunakan sedangkan pada daun ketapang segar
air masih bisa dikatakan berwarna jernih daun dalam penurunan pH nya pada daun
ketapang segar masih cenderung dikatakan lambat.
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil penelitian ini antara lain:
· Daun
ketapang mengandung asam organik seperti humic dan tannin yang dapat menurunkan
pH air.
· pH air
sisa cucian yang pH awal 9 setelah direndam 1 x 24 jam turun menjadi 8.
· Teknologi
sederhana ini dapat diterapkan di industri laundry yang banyak menghasilkan
limbah detergen sehingga lebih aman untuk dibuang ke lingkungan.
Saran
· Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penurunan pH dengan pemanfaatan daun
ketapang kering dan variable yang lebih banyak.
· Pengukuran
dapat dilakukan dengan pH meter agar nilai penurunan keasamannya lebih jelas
terlihat dan tepat.
· Dapat
mendaur ulang atau memanfaatkan air hasil penurunan basa dari air cucian
· Menghasilkan
suatu produk yang ramah lingkungan dan dapat digunakan dalam penurun pH air
terutama untuk industri jasa pencucian baju.
· Mahasiswa
mampu lebih berpikir kritis lagi dan inovatif dalam melihat potensi lingkungan
sekitar dengan banyak diberi kesempatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorat Perhutani, KPH Kendal. (2011).Jenis
Tanaman Rimba Eksotik.Kendal
Direktorat
Perumahan, Ditjen Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum. (1998) Pengelolaan
Limbah Air.Jakarta
Atmadjaja,
J. dan Sitanggang, M. (2008).Panduan Lengkap Budi daya & Perawatan Cupang
Hias, hal 125-126, Jakarta, Agromedia.
Lily M, Perry. (1980).Medicinal Plants of
East and Southeast Asia, Inggris : The MIT.
Pemanfaatan Tanaman tradisional.2003. (http://www.traditionaltree.org)
Forum Ikan
Hias.2007.(http://forum.o-fish.com).
Forum pembuatan black water.(http://www.n1wanred.com/isi/forum/showthread.php).
0 comments:
Posting Komentar