F Pengolahan Hijauan Secara Kimiawi - galihghungs blog

Pengolahan Hijauan Secara Kimiawi

1.1     Latar Belakang

Pakan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi suatu usaha peternakan, baik itu pada peternakan ruminansia maupun non ruminansia, seiring dengan bertambahnya populasi manusia, maka kebutuhan akan produk-produk peternakan seperti daging, susu, dan telur terus meningkat hal ini harus diimbangi dengan pengelolaan peternakan yang baik, dewasa ini dunia usaha peternakan dihadapkan kepada ketersediaan pakan bagi ternak yang tergantung pada musim ataupun ketersediaan bahan baku serta lahan untuk tanaman pakan yang sangat terbatas karena bersaing dengan lahan untuk pertanian dan juga hunian bagi manusi.

Berdasarkan uraian diatas muncul suatu teknologi pakan yang bertujuan untuk mengolah pakan se-efektif dan efisien mungkin sehingga dapat membantu menyediakan pakan sepanjang tahun untuk mendukung proses produksi ternak, yang salah satunya ialah dengan menggunakan cara pengolahan pakan secara kimiawi, yang menggunakan cara dan bahan kimia untuk membantu mengawetkan serta mengolah pakan bagi ternak. Maka dari itu kami mengangkat “Pengolahan Pakan Secara Kimiawi” sebagai judul makalah kami untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi pakan dan juga untuk menjadi sumbangan bagi kemajuan dunia peternakan Indonesia.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Dalam pembuatan makalah ini kami memiliki maksud dan tujuan adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut :

1)      Mengetahui pengolahan pakan secara kimiawi

2)      Mengetahui manfaat serta cara pengolahan secara kimiawi

3)      Mengetahui jenis – jenis pengolahan pakan secara kimiawi

1.3 Identifikasi Masalah

Adapun pembatasan masalah pada makalah yang kami buat ialah sebagai berikut :

1)      Apa yang dimaksud dengan pengolahan pakan secara kimiawi

2)      Apa manfaat serta bagaimana cara pengolahan secara kimiawi

3)      Berapa jenis pengolahan pakan secara kimiawi

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Pengolahan Pakan Secara Kimiawi

Pengolahan kimia merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui penambahan bahan kimia.  Pengolahan  kimia dapat dilakukan dengan penambahan alkali,  dan penambahan asam. Pengolahan bahan pakan secara kimiawi dengan menambahkan beberapa bahan kimiawi agar dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang hidup didalam rumen untuk mencernanya. Pada dasarnya pengolahan pakan memiliki tujuan pokok yakni untuk meningkatkan daya cerna serta untuk memudahkan penyimpanan pakan, namun terdapat beberapa manfaat dari pengolahan pakan secara kimiawi seperti :

1. Pengawetan pakan

2. Penyesuaian ukuran dengan kebutuhan

3. Mengatur kadar air bahan

4. Meningkatkan palatabilitas

5. Meningkatkan/menstabilkan nilai nutrisi

6. Mengurangi bau, jamur, salmonella

7. Suplementasi dan proteksi nutrisi

2.2     Penambahan Alkali atau Basa

      Perlakuan alkali menyebabkan suasana basa dengan pH > 7,0 dengan menggunakan bahan kimia alkali seperti  NaOH, KOH, Ca(OH)2, ammonia anhydrous (gas atau cairan), urea, garam ammonium ataupun bahan lain (manure ayam, feses, urine, abu gosok). Perlakuan alkali diperlukan pada bahan pakan limbah pertanian dengan kandungan serat kasar yang tinggi selain adanya ikatan b-1,4 glycosida juga terjadi lignifikasi dari bagian selulosa yang menyebabkan sukar dicerna. Terdapat 2 cara perlakuan kimia dengan alkali, yaitu  cara basah dan juga cara kering.

Pengolahan dengan penambahan alkali mampu meningkatkan koefisien cerna, yang disebabkan oleh larutnya silikat lignin dan bengkaknya jaringan akibat lepasnya sebagian ikatan hydrogen diantara molekul selulosa. Terhidrolisisnya ikatan ester pada gugus asam uronat diantara selulosa dan hemiselulosa yang memudahkan penetrasi enzim pencernaan. Pengolahan alkali dapat juga dilakukan dengan penambahan amonia yang digunakan sebagai fungisidal dan bakterisida sehingga dapat berfungsi sebagai pengawet. Amonia dapat berikatan dengan gugus asetat dari bahan pakan (jerami) menjadi garam ammonium asetat dan dapat menjadi sumber nitrogen bagi mikrobia rumen.

Keuntungan dari proses amoniasi :

  • Menambah kandungan protein kasar (ekivalen 3 – 10%) dalam bentuk nitrogen bukan protein (NPN)
  • Meningkatkan jumlah zat makanan tercerna (TDN = Total Digestible Nutrient sebesar 3 – 23 %)
  • Meningkatkan konsumsi pakan 20 – 27%
  • Mencegah tumbuhnya jamur
  • Tidak ada residu mineral pada produk amoniasi

2.3   Penambahan Asam

Perlakuan asam menyebabkan suasana asam dengan pH < 5,0 dengan menggunakan bahan kimia asam (asam kuat, atau dengan asam organik). Keuntungan perlakuan asam, yaitu :

-  Meningkatkan kualitas bahan pakan yang rendah kualitasnya, mampu merenggangkan/memecah ikatan serat kasar dan protein kasar yang sulit dicerna.

-  Meningkatkan konsumsi pakan konsentrat berkualitas rendah (meningkat dari 10% menjadi 50%).

-  Meningkatkan potensi kecernaan dinding sel pakan konsentrat sumber energi.

Kelemahan perlakuan asam adalah :

-  Bahan kimia yang digunakan bersifat korosif,  kadang –kadang bersifat toksik dan adanya residu mineral

-  Produk yang dihasilkan bersifat asam sehingga perlu diangin-anginkan sebelum diberikan pada ternak

2.4    Penambahan Asam dan Basa Kuat

Pengolahan bahan pakan dengan penambahan asam dan basa kuat biasa digunakan pada jerami dengan prinsip menghidrolisis jerami agar daya cerna dari jerami dapat meningkat. Hidrolisis jerami menggunakan asam kuat dan basa kuat dilakukan dengan tujuan peningkatan kualitas jerami dengan perlakuan kimia menggunakan asam kuat dan basa kuat. Penggunaan asam kuat dan basa kuat akan menyebabkan  senyawa kompleks bahan pakan yang sulit dicerna terhidrolisis menjadi komponen yang lebih sederhana.

                Pengolahan jerami dengan asam kuat merupakan pengolahan dengan menggunakan bahan kimia alkali, seperti  : HCl, H2SO4, HNO3. Pengolahan alkali dengan asam kuat menyebabkan kenaikan kecernaan disebabkan :

  • Larutnya sebagian silika dan lignin
  • Bengkaknya jaringan serat akibat lepasnya sebagian ikatan Hidrogen diantara molekul glukosa
  • Terhidrolisanya ikatan ester pada gugus asam uronat diantara selulosa dan hemiselulosa yang memudahkan enzim pencernaan yang dihasilkan mikrobia rumen dapat menembus dan mencerna dinding sel.

Kelemahan penggunaan asam kuat untuk pengolahan jerami :

  • Tidak ekonomis
  • Residu asam kuat bersifat toksik
  • Perlu upaya menetralkan pH sebelum diberikan pada ternak

                Pengolahan jerami dengan basa kuat merupakan pengolahan dengan menggunakan bahan kimia alkali, seperti  : NaOH, KOH. Pengolahan alkali dengan basa kuat menyebabkan kenaikan kecernaan disebabkan :

  • Larutnya sebagian silika dan lignin
  • Bengkaknya jaringan serat akibat lepasnya sebagian ikata Hidrogen diantara molekul glukosa
  • Terhidrolisanya ikatan ester pada gugus asam uronat diantara selulosa dan hemiselulosa yang memudahkan enzim pencernaan yang dihasilkan mikrobia rumen dapat menembus dan mencerna dinding sel.

Kelemahan penggunaan basa kuat untuk pengolahan jerami :

  • Tidak ekonomis
  • Residu basa kuat menyebabkan gangguan dalam metabolisme mineral
  • Perlu upaya menetralkan pH sebelum diberikan pada ternak

III

PEMBAHASAN

3.1    Pembuatan Amoniasi

Amonia yang dihasilkan pada proses amoniasi menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding sel yang berperan untuk membebaskan ikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa. Reaksi kimia yang terjadi (dengan memotong jembatan hidrogen) rnenyebabkan mengembangnya jaringan dan meningkatkan fleksibilitas dinding sel hingga memudahkan penetrasi (penerobosan) oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh mikroorganisme.

Tingkat pemberian amonia yang optimal untuk amoniasi adalah 3 ‑ 5 % (setara dengan urea 5,3 ‑ 8,8%) dari bahan kering. Pemberian amonia kurang dari 3% tidak berpengaruh pada kecernaan, jadi hanya berfungsi sebagai bahan pengawet. Pemberian amonia lebih dari 5%  akan terbuang karena bahan tidak mampu menyerap amonia.  Amoniasi dengan urea dapat meningkatkan daya cerna setelah dilakukan penyimpanan selama 21 hari.

show

Pada temperatur diatas 300C proses amoniasi membutuhkan waktu sekitar 3 minggu sedangkan pada temperatur yang lebih rendah membutuhkan waktu 4‑6 minggu.  Temperatur yang paling baik yaitu 600C. Semakin tinggi temperatur maka proses amoniasi akan berjalan semakin cepat. Kadar air yang optimal untuk proses amoniasi adalah 30‑50%.

Tahapan amoniasi jerami adalah sebagai berikut:

1. Pencetakan Jerami

Tujuan pencetakan adalah , agar mempermudah penyusunan jerami saat dilakukan proses amoniasi, mempermudah penghitungan jumlah dan timbangan  jerami.

Masukan jerami-jerami tersebut kedalam kotak cetakan yang telah di sediakan. Lakukan pemadatan atau pengepresan terhadap jerami yang berada di dalam kotak cetakan tersebut. Setelah padat , keluarkan jerami tersebut.

2. Pengikatan.

Jerami yang telah di keluarkan dari kotak cetakan, diikat dengan menggunakan tali rafia atau tali lain yang tersedia dan cukup kuat.

3. Penimbangan

Jerami yang telah terikat dalam bentuk kotak/balok ditimbang.

4. Penaburan urea

Cara yang terbaik dalam penaburan urea adalah dengan cara menaburkannya selapis demi selapis saat melakukan pencetakan dalam kotak cetakan. Yaitu dengan menghitung berat rata-rata tiap ikatan balok jerami di kalikan dengan 4-6%.

     Jika dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami terlalu banyak, maka urea tersebut tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada jerami

  5. Pembungkusan

Bahan pembungkus yang digunakan biasanya berupa lembaran plastic.

6. Pengarungan

     Ini bertujuan agar mudah penanganannya, serta melindungi kerusakan plastik pembungkusnya yang dapat mengakibatkan  kebocoran.

7. Penempatan

     Karung-karung yang berisi jerami tersebut harus disimpan di tempat yang teduh dan terhindar dari air hujan.

8. Pembukaan

     Jerami amoniasi yang baik ditandai dengan bau amoniak yang sangat menyengat. Oleh karena itu, jerami amoniasi tersebut harus dibiarkan di udara terbuka dan di angin-anginkan terlebih dahulu agar bau amoniak dapat berkurang.

3.2  Hidrolisis Jerami (Menggunakan asam kuat dan basa kuat)

Hidrolisis jerami menggunakan asam kuat dan basa kuat dilakukan dengan tujuan peningkatan kualitas jerami dengan perlakuan kimia menggunakan asam kuat dan basa kuat. Penggunaan asam kuat dan basa kuat akan menyebabkan  senyawa kompleks bahan pakan yang sulit dicerna terhidrolisis menjadi komponen yang lebih sederhana.  Apabila jerami direndam dalam larutan alkali, maka ikatan antara lignin dan selulosa dan hemiselulosa dinding sel akan terhidrolisa sehingga karbohidrat akan lebih tersedia bagi microorganisme dalam rumen. Perlakuan dengan alkali juga meningkatkan tingkat konsumsi. Alkali lain yang juga efisiennya adalah kapur ( CaO 60% dan MgO 1.3%).

Cara pengolahan :

  1. Bahan diperkecil ukurannya
  1. Pengukuran kadar air bahan dan mengusahakan kadar air bahan menjadi 50 %
  2. Asam  kuat (2 – 10 % BK bahan) dilarutkan dalam air dan dicampur dengan bahan selama 3 – 10 menit dalam suatu wadah yang tertutup
  3. Kerusakan bahan dapat terjadi setelah 24 – 48 jam dibuka.

3.3  Pembuatan Silase

    Silase merupakan hasil awetan segar hijauan makanan ternak setelah mengalami proses fermentasi yang disebut “ensilase”  dan  berlangsung dalam kondisi anaerob. Hijauan makanan ternak disimpan dalam keadaan segar (KA = 60 -70%) di dalam suatu tempat yang disebut “silo.

                Pembuatan silase mempercepat terjadinya kondisi anaerob dan suasana asam dengan proses “ensilase”.  Dalam proses ensilase akan dihasilkan asam laktat  yang kemudian akan membuat kondisi hijauan makanan ternak di dalam silo menjadi bersifat asam dan menjadi awet.  Proses ensilase akan berakhir setelah suasana menjadi asam (pH kurang dari 4,2).

Silase dapat dibuat dengan beberapa metode :

  • Metode Panas (Belanda)

Rumput yang sudah dipotong-potong ditumpuk di dalam silo, diusahakan selapis demi selapis, diratakan dan dipadatkan, proses penumpukan dan pemadatan lebih kurang 7 hari.  Sebagai  penutup digunakan lapisan tanah setebal 50 – 6-0 cm.  Bila rumput mulai melayu, maka lubang akan mengempis dan masuk ke dalam lubang.  Pembukaan silase metode ini dilakukan minimal setelah 4 bulan. Lubang silo bisa berbentuk silindris atau kotak dengan ukuran 2 – 4 meter, dan dalam 2 m.

  • Metode  Dingin (asam)

                Pada metode ini diperlukan silo yang berdinding tembok atau kayu, hijauan harus secepat mungkin dimasukkan dalam silo. Pengisian dan pemadatan maksimal   1–3 hari. Pemadatan harus dilakukan benar-benar sempurna, lapisan demi lapisan.  Setelah semua bahan masuk, silo harus ditutup rapat dan bila perlu diberi pemberat. Prinsip metode dingin ini adalah, dengan diselesaikannya pemasukan bahan dalam waktu singkat dan pemadatan yang sempurna, maka  dalam proses ensilasenya tidak terjadi panas dan tetap dingin. Untuk mempercepat suasana asam juga bisa dilakukan dengan penambahan bahan-bahan kimia seperti : asam fosfat, natrium bisulfat, campuran HCl encer  dll.  Banyaknya bahan tambahan (tetes, tepung jagung) yang ditambahkan dalam pembuatan silase sekitar 2 – 4 % dari bahan silase (rumput dan atau legum).  Untuk legum bahan aditif bisa lebih banyak 1 – 2 % dibanding rumput.  Untuk aditif dedak halus atau bekatul, bisa sampai 10 % dari bahan silase.

  • Metode Finlandia

Pada metode ini juga dibutuhkan silo yang baik. Hijauan harus secepatnya dimasukkan dan dipadatkan ke dalam silo.  Tiap lapisan dibasahi dengan HCl BJ 1,17 (33,5%). Banyaknya HCl yang ditambahkan harus dapat menciptakan suasana asam dengan pH antara 3,5  -  4.  Pemakaian HCl sebanyak 1 liter/ 100 kg bahan silase.  Sebelum disiramkan pada rumput harus diencerkan dengan air sebanyak 6 kali. Bila silo berukuran garis tengah 6 meter, maka selapis timbunan dibutuhkan 300 kg rumput yang harus disiram 18 liter HCl yang telah diencerkan. Silase yang dibuat dengan cara ini akan bermutu tinggi dan berbau sedap, sehingga disukai ternak.

Tempat Pembuatan Silase

Tempat pembuatan silase disebut silo. Silo berasal dari bahasa Yunani “Siro” yang berarti tempat untuk menyimpan biji-bijian. Silo yang dimaksud disini adalah merupakan tempat atau wadah untuk membuat silase. Bahan dari silo bervariasi, bisa dari plastik, drum, bus beton,  kayu dan atau semen permanen.  Pembuatan silo dapat dilakukan secara permanen, semi permanen atau tidak permanen, hal ini tergantung situasi dan kondisi serta kebutuhan. Menurut letak dan bentuknya, silo dibedakan menjadi beberapa bentuk :

  • Stack atau Penc Silo

Silo atau tempat silase ini berbentuk bulat atau persegi dan terbuat dari bahan yang tidak permanen, hijauan ditimbun diatas tanah

  • Tower Silo

Silo model tower terletak di atas tanah, berbentuk menara, bisa bulat atau persegi, terbuat dari kayu atau beton dan hijauan ditimbun di dalamnya.

  • Pit / Trench Silo

Silo ini berbentuk silinder dan berada di dalam tanah (permukaan sejajar dengan permukaan tanah), bahan hijuan disimpan di dalam lubang di tanah

  • Clamp Silo

Silo ini merupakan bentuk gabungan antara  stack dan pit silo, sehingga letaknya sebagian di dalam tanah dan sebagian muncul di atas tanah.  Sebagian besar silase berada di atas tanah .

IV

KESIMPULAN

  • Pengolahan kimia merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui penambahan bahan kimia.
  • Manfaat pengolahan hijauan secara kimiawi adalah untuk pengawetan pakan, penyesuaian ukuran dengan kebutuhan, mengatur kadar air bahan, meningkatkan palatabilitas, meningkatkan/menstabilkan nilai nutrisi, suplementasi dan proteksi nutrisi, dan mengurangi bau, jamur, salmonella.
  • Beberapa cara pengolahan hijauan secara kimiawi adalah penambahan asam, penambahan alkali atau basa, penambahan Asam dan Basa Kuat. Contohnya pembuatan amoniasi, hidrolisis jerami, dan pembuatan silase.
  • Silase dapat dibuat dengan beberapa metode, yaitu Metode Panas (Belanda), Metode Dingin (Asam), dan Metode Finlandia.

Daftar Pustaka

http://suckanaa.blogspot.com/2011/11/amoniasi.html (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 19.00 WIB).

http://dunia-budidaya.blogspot.com/2009/04/3-pengawetan-pakan-dengan-cara-amoniasi.html (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 19.10 WIB).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/801/1/nevy%20132143320.pdf (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 19.10 WIB).

http://www.fp.undip.ac.id/fapetundip/jurusan/nutrisi/laboratorium/labtmt/rip/file/Modul_Kuliah_TPP.doc (Diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 09.00 WIB).

 

Sumber : Suryadi’s blog : little.16mb.com

CONVERSATION

2 comments: