Aspek Permasalahan Peternakan
Posted by Suryadi on June 1, 2013,
A. Pengetahuan Umum Peternak
Bertitiktolak dari sejarah perkembangan
perekonomian bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sampai dengan
penjajahan daerah nusantara oleh bangsa Belanda awal abad ke 20, seluruh
jenis ternak lokal yang diusahakan oleh masyarakat adalah peternakan
bermotif subsistens. Ternak hanya dipelihara beberapa ekor saja yang
tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau untuk mengisi
waktu luang, kecuali ternak kerbau di daerah Sulawesi yang dipelihara
secara extensif dilepas di rawa rawa. Pengetahuan beternak masyarakat
diperoleh secara turun temurun atau secara tradisional.
Tiga prinsip besar “breeding, feeding, management” dalam beternak tidak dikuasai dan apalagi dilaksanakan.
Ketika bangsa Belanda menguasai daerah
Nusantara barulah ada usaha usaha untuk meningkatkan produktivitas
ternak sapi potong, domba dan kambing lokal dengan cara kawin silang
antara ternak lokal dengan ternak unggul yang didatangkan dari eropa.
Dilain fihak, khusus ternak sapi perah dikembangkan dengan skala usaha
besar besaran atau secara komersial oleh para pengusaha Belanda atau
asing eropa lainnya. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi perah ini
adalah untuk memenuhi kebutuhan susu segar dan produk olahannya bagi
bangsa asing yang bekerja di daerah Nusantara. Pekerjaan orang asing
pada waktu itu adalah sebagai pengusaha dalam bidang perkebunan teh,
kopi, kina, pedagang rempah rempah dan pegawai administrasi dan militer
pada pemerintah Belanda. Pada saat ini usaha peternakan di Indonesia
sudah banyak yang bermotif semi komersial bahkan yang komersial, namun
mayoritas peternak yang diperkirakan sekitar 90 persen masih berusaha
secara subsistens. Usaha peternakan subsistens identik dengan usaha yang
sarat dengan masalah.
B. Posisi Tawar Peternak
Usaha peternakan rakyat yang bermotif
subsistens dengan skala kecil posisi tawarnya sangat rendah. Dalam
penjualan produk, mereka bersifat pasif dan yang aktif adalah para
pedagang. Para peternak akan menjual ternaknya ketika ada kebutuhan yang
mendesak, artinya tidak menjualnya pada waktu yang tepat. Ketika ada
kebutuhan yang mendesak, maka posisi tawar dia sangat lemah, harga
berapapun yang ditentukan pedagang dia harus mau menerimanya. Ketika ada
kebutuhan yang mendesak dan ternaknya masih kecil, dia akan meminjam
uang kepada pedagang dengan perjanjian nanti harus menjual ternaknya
pada pedagang yang bersangkutan.
C. Sifat Produk Peternakan
Produk peternakan dapat diperjualbelikan
dalam tiga bentuk, yaitu ternak hidup, produk segar dan produk olahan.
Ketiga jenis produk ini masing masing memiliki kelemahan tersendiri
dalam penyimpanan dan pemindahannya. Ternak hidup bersifat voluminous
(mengambil banyak temapt) dan bulky (berat dan kaku). Ternak hidup harus
dipindahkan dengan alat dan perlakuan khusus. Risiko yang harus
ditanggung dalam pemindahan ternak adalah lecet, memar, sakit, patah
tulang dan mati. Produk segar: daging, telur dan susu bersifat
perishable (mudah rusak), berarti menanggung risiko rusak dan busuk
selama pemindahan, jika tidak disimpan pada kondisi yang tidak memenuhi
syarat temperatur dan kelembaban tertentu. Produk olahan dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu olahan setengan jadi dan siap saji. Kedua
jenis produk ini juga masih berisiko busuk atau rusak, jika disimpan
dalam waktu yang relatif lama.
D. Kelembagaan Peternak
Kelembagaan peternak di daerah pedesaan
pada umumnya dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu lembaga tidak resmi
dan lembaga resmi. Lembaga tidak resmi adalah berbagai kelembagaan
peternak yang tidak memiliki struktur organisasi dan peraturan yang
jelas, misalnya gotong royong. Lembaga resmi adalah kelembagaan peternak
yang memiliki struktur organisasi dan peraturan yang jelas serta diakui
pemerintah, misalnya koperasi. Peternak di daerah pedesaan yang pada
umumnya hanya berpendidikan rendah kurang mengenal dan memahami tentang
kelembagaan yang dapat membantu mereka untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Para peternak yang masing masing berdiri sendiri tidak
punya kekuatan apapun untuk dapat bergerak ke arah yang lebih baik.
Peribahasa yang berbunyi sepotong lidi sangat mudah dipatahkan, tetapi
jika bersama sama terikat menjadi sapu lidi sulit dipatahkan. Peternak
yang terikat dalam suatu lembaga, baik resmi mauoun tidak resmi,
memiliki banyak keunggulan. Mereka akan memperoleh berbagai informasi
dan pengetahuan yang berhubungan dengan cara beternak yang lebih baik,
posisi daya tawar meningkat, memperoleh permodalan lebih mudah, skala
usaha men ingkat dan kesejahteraan lebih baik.
0 comments:
Posting Komentar