F Sapi Brahman - galihghungs blog

Sapi Brahman

Sapi Brahman

clip_image001Kalau dalam tulisan sebelumnya pernah dibahas sapi Simental dan sapi Simbrah, hasil perkawinan silang sapi Simental dan sapi Brahma, sekarang saya akan menampilkan tulisan mengenai sapi Brahma.
Dari namanya, Brahma, orang mungkin langsung membayangkan kemungkinan hubungan antara sapi jenis ini dengan agama Hindu atau negeri India. Untuk membuktikan apakah bayangan ini benar atau tidak, bagian selanjutnya dari tulisan ini akan membahas sejarah sapi Brahma dan kemudian menguraikan karakteristiknya.
Sapi Brahma merupakan keturunan dari sapi Bos indicus yang berasal dari India. Setelah ratusan tahun menghadapi kekurangan persediaan pakan, hama serangga, parasit, penyakit dan cuaca tropis ekstrim di India, sapi asli India ini mengalami beberapa adaptasi yang luar biasa sehingga mampu bertahan hidup. Sapi ini merupakan "sapi suci India," dan orang Hindu umumnya tidak memakan daging sapi ini, tidak memperbolehkan penyembelihannya, dan tidak menjualnya. Kenyataan ini, ditambah lagi dengan peraturan karantina di Amerika Serikat, menyulitkan usaha mengimpor sapi dari India ke negara ini.
Berawal dari sekitar 266 sapi jantan dan 22 sapi betina dari beberapa jenis Bos indicus (sapi India) yang diimpor ke Amerika Serikat dari tahun 1854 sampai 1926, sekarang sapi Brahma telah mencapai keunggulan adaptivitas lingkungan, umur yang panjang, kemampuan mengasuh anak dan produksi daging yang efisien. Jenis sapi India yang pada mulanya dibawa ke Amerika Serikat tersebut adalah sapi Kankrej atau Gujarat, sapi Nelore atau Ongole, sapi Gir, dan sapi Krishna. Keempat jenis sapi India inilah yang digunakan dalam proses seleksi untuk menghasilkan sapi pedaging unggul jenis baru, sapi Brahma.
Impor sapi India pertama dilakukan pada tahun 1854, ketika petani tebu dan kapas, Richard Barrow dari St. Francisville, Louisiana, diberi hadiah dua ekor sapi jantan oleh Pemerintah Inggris atas jasanya dalam mengajarkan cara produksi kapas dan tebu kepada para pejabat Inggris yang mulai memperkenalkan tanaman ini di kawasan delta India.
Pada tahun 1924, Himpunan Peternak Sapi Brahma Amerika (The American Brahman Breeders Association, ABBA) dibentuk. J.W. Sartwelle dari Houston menjadi sekretaris pertama organisasi ini dan dialah yang mengusulkan nama "Brahma" dan nama ini kemudian dijadikan nama sapi jenis baru tersebut.

Ciri khas sapi Brahma Amerika ini adalah punuk besar di pundak dan gelambir yang menggantung di leher sampai perutnya. Telinga sapi Brahma lebih besar daripada telinga sapi Eropa (Bos taurus). Sapi Brahma jantan bisa mencapai bobot hidup 800 hingga 1.100 kilogram dan berat sapi Brahma betina bisa 500 hingga 700 kilogram. Saat lahir, anak sapi Brahma berbobot 30 to 33 kilogram. Sapi Brahma Amerika dikenal sebagai sapi yang jinak dan cerdas. Sapi ini suka diperhatikan dan bisa jadi sangat jinak. Sapi ini cepat tanggap terhadap perlakuan yang diterimanya, baik atau pun buruk.

Warna sapi ini bisa kelabu, merah, atau kelabu kehitaman. Sapi Brahma jantan berwarna lebih gelap daripada sapi Brahma betina. Pada bagian hidung, ujung telinga, dan kuku sapi Brahma terdapat pigmentasi hitam. Pada dasarnya, sapi Brahma adalah jenis sapi bertanduk, tapi ada juga sebagian sapi Brahma yang tidak bertanduk.

Sapi Brahma betina merupakan induk yang sangat baik, yang memberikan perlindungan dan banyak susu bagi anaknya. Anak sapi Brahma cenderung mencapai berat badan yang tinggi pada masa sapih karena banyaknya susu yang diberikan induknya. Di beberapa negara, khususnya Amerika Selatan, sapi Brahma dipelihara untuk menghasilkan susu dan daging.

Selain itu, dibandingkan dengan sapi Eropa, sapi Brahma lebih tahan terhadap panas. Ketahanan terhadap panas ini dihasilkan berkat rendahnya temperatur internal yang dihasilkan di dalam tubuhnya. Sapi ini memiliki lebih banyak kelenjar keringat dan kulitnya berminyak, berbulu pendek dan tebal. Kulit yang halus berminyak ini diperkirakan berperan mengusir serangga.

Sekarang, sapi Brahma tidak hanya tersebar di berbagai penjuru Amerika tapi juga sudah tersebar luas di berbagai belahan dunia.

Sapi Simbrah - Perpaduan Dua Sapi Unggul

clip_image002Pada akhir tahun 1960-an, tidak lama setelah masuknya sapi Simental ke Amerika Utara, beberapa peternak sapi mulai mengembangkan gagasan menciptakan jenis sapi yang dapat hidup di iklim sub-tropis Kawasan Gulf Coast Amerika Serikat. Mereka tidak hanya menginginkan trah sapi yang dapat hidup di kawasan selatan tapi juga mampu memenuhi tuntutan pasar. Akhirnya, mereka berhasil mendapatkan jenis sapi pedaging unggul dari perkawinan silang dua trah sapi paling terkenal di dunia, yaitu sapi Simental dan sapi Brahma, yang diberi nama sapi Simbrah.
Perkawinan silang kedua trah sapi yang sangat berbeda ini memanfaatkan keunggulan kedua trah sapi ini dan meningkatkan heterosis berkat perbedaan genetik yang ekstrem. Penggabungan keunggulan trah sapi Brahma, seperti umur panjang, ketahanan terhadap panas, ketahanan terhadap caplak dan penyakit, ketahanan fisik, kemampuan merumput dan kemudahan beranak dengan karakteristik unggul trah sapi Simental seperti kesuburan, produksi susu, pertumbuhan yang cepat, dan kedewasaan seksual dini ini menghasilkan trah sapi baru - Simbrah.
Meskipun telah dilakukan eksperimen dengan Bos Indicus (sapi India) dan Bos Taurus (sapi Eropa) pada akhir tahun 1960-an, sapi Simbrah pertama yang dihasilkan baru didaftarkan pada tahun 1977. Dengan sistem pencatatan terbukanya, Perhimpunan Peternak Sapi Simental Amerika Serikat (the American Simmental Association) menyadari bahwa trah sapi Simbrah sebaiknya dimasukkan dalam buku catatan sapi Simental daripada dimasukkan dalam buku catatan tersendiri. Pada tahun 1977, pencatatan sapi Simbrah disetujui oleh para anggota perhimpunan ini, di mana para peternak mendaftarkan 700 sapi pada tahun pertama terbentuknya organisasi peternak ini. Pada tahun berikutnya tercatat 1.100 sapi lagi, dan dalam lima tahun pertama lebih 3.000 sapi Simbrah didaftarkan dan dicatat setiap tahun.
Ada dua kategori sapi Simbrah yang diakui pada buku catatan silsilah sapi, yaitu mendekati murni (purebred) dan peranakan (percentage). Sapi Simbrah trah mendekati murni memiliki 5/8 ciri genetik sapi Simental dan 3/8 ciri genetik sapi Brahma, sedangkan sapi Simbrah trah peranakan harus memiliki minimum 3/8 ciri genetik sapi Simental dan 1/4 ciri genetik sapi Brahma. Variabel lain sebagai tambahan rumus trah mendekati murni adalah “1/16 ciri genetik mengambang trah lain” yang memungkinkan peternak menambah 1/16 ciri genetik trah lain agar sapi Simbrah cocok dengan program dan keadaan lingkungan mereka.
Pada mulanya, para peternak menamakan sapi hasil perkawinan silang antara sapi Simental jantan dan sapi Brahma betina ini sapi “Brahmental” dan menggunakan nama ini pada sertifikat pendaftarannya, tapi karena peternak yang pertama kali mengawinsilangkan kedua sapi ini menyatakan dialah yang berhak memberikan nama untuk trah sapi baru tersebut dan mengajukan keberatan pada tahun 1977, ASA mengganti nama sapi tersebut menjadi Simbrah. Ini merupakan trah sapi yang sekarang terkenal di seluruh dunia. Trah sapi baru ini dikenal sebagai sapi Simbrah di sebagian besar negara tapi juga dinamakan sapi “Simbra” di Afrika Selatan dan sapi “Simbrasil” di Brazil.
Pada musim semi 1993, Simbrah International diterbitkan dengan bantuan ASA Publication, Inc. Majalah empat warna ini diterbitkan tiga kali setahun sampai tahun 1996 ketika majalah ini mulai diterbitkan setiap enam bulan sekali. Pada musim gugur 1997, majalah ini mengalami perubahan tampilan dan diberi nama baru. American Simbrah menjadi media iklan bagi para peternak sapi Simbrah dan sekarang terbit empat kali setahun.
Di bawah payung Perhimpunan Peternak Sapi Simental Amerika Serikat (American Simmental Association), sekarang sapi Simbrah diawasi dengan standar keunggulan yang sama ketatnya dengan sapi Simental dan dimasukkan dalam program keunggulan karkas inovatif ASA.
Sapi Simbrah memadukan keunggulan genetik dua trah sapi paling terkenal di dunia, yang keunggulannya dapat diandalkan dan menjadi andalan trah sapi baru ini dalam bisnis sapi pedaging.

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar