Clom,
kunyunyut, giriwil...
Kenapa dibilang
jeweran, menurut KBBI (kamus besar
bahasa Indonesia) bahwa men·je·wer
ialah menarik (memilin) telinga yang dapat berati menegur atau
memperingatkan. Teguran ini bersifat pribadi untuk saya probadi dan masyarakat
Sunda umumnya yang telah melupakan falsafah budaya nya sendiri. Diskusi ini
saya dapatkan setelah berbincang dengan sang Prof, Sjafril Darana lulusan
pertama Fapet Unpad.
jeweran
pertama,
Di tengah
guyuran hujan deras dan jalanan becek yang kami lintasi, menyusuri
lereng-lereng sekitar bendungan Saguling, Rajamandala. Sebenarnya Rajamandala
sendiri bukan sebuah daerah yang asing bagi saya, hampir setiap tahun ketika
idul fitri saya mengunjungi rumah mendiang kakek disana, tapi untuk pertama
kalinya saya mencoba masuk ke desa Jati yang bisa dibilang merupakan ujung dari
kecamatan saguling.
Sebagai urang
sunda sendiri, atau lebih tepatnya urang bandung saya merasa malu untuk seorang
yang hidup sehari-hari di Bandung tidak mengenal daerahnya sendiri.bahkan untuk
mencapai desa jati saja harus bertanya berpuluh-pulh kali...Malu itu...
Ini menjadi
semakin kompleks apabila dikaitkan dengan para inohong-inohong Jawa Barat yang
terkadang mereka tidak mengenal daerah-daerahnya sendiri...hanya berani
blusukan ke daerah daerah ketika butuh suara dalam pemilihan legislatif, yang
cukup dengan satu jam dua jam turun kesawah mengatakan kami membantu dan
mengerti permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Ataupun para
mahasiswanya sendiri yang berdemo dan
berkata “menyuarakan suara rakyat”. Rakyat mana sih yang kalian bela.
Lantas yang
menjadi pertanyaan “tos kamana wae anjeun di Bandung?” kalau hanya mengenal
TSM, Ciwalk, Amnes, Kawah Putih, Ciater....malu saya mah
0 comments:
Posting Komentar