Keindahan Alam
Indonesia sudah tidak dapat dipertanyakan lagi, kesuburan tanahnya, udara yang
sejuk, dan sumberdaya alam yang melimpah dengan apitan dua samudera dan dua
benua menjadikan indonesia negeri maritim yang strategis. Kalau Jepang diciptakan
ketika matahari terbit, ada yang bilang kalau Indonesia diciptakan ketika Tuhan
tersenyum.
Diawali dengan
pertanyaan Prof. Sjafril “kenapa tidak ada ahli burung perkutut asal Jawa
Barat?”
Cukup berpikir
lama, dan menjawab ini itu ternyata tidak ada jawaban yang benar. Lalu, beliau
mengatakan bahwa masyarakat Jawa Barat sangat dimanjakan dengan alamnya sendiri.
Ketika bangun
tidur, mereka sudah disambut dengan kicauan perkutut “kuk keruuuk....kuk
keruuuk” dengan perilaku si burung yang menundukkan kepala seraya mengajak
untuk tidur kembali. Lain hal dengan masyarakat Jawa (suku jawa) yang untuk
mendengarkan burung saja mereka harus pergi ke ladang dan menangkap terlebih
dahulu si burung. Adanya sebuah pengorbanan menjadikan perilaku masyarakat lebih
struggle (berhubungan etos kerja)
Anugerah alam
yang indah menjadikan perilaku/etos kerja masyarakat untuk berleha-leha karena
dimanjakannya oleh alam.
Ingat, sekarang
Jawa Barat tidak seperti yang dulu. Panas, berisik, berpolusi. Saya jadi
teringat apa yang pernah kakek saya katakan dulu “sora monyet ti derenten
(kebun binatang) masih bisa kadangu kneh”.
Semakin padat
dan sesaknya jalan akibat transportasi bukan saja mengakibatkan polusi udara
tapi mengakibatkan juga polusi suara selain yang pasti ialah kemacetan. Waktu
yang dulu bisa dihabiskan dengan berleha-leha di tempat tidur, sekarang harus
dibayar dengan menghabiskan waktu tidur kembali di mobil guna mengejar waktu
untuk tidak telat masuk kantor.
“Mau sampai
kapan males-malesan...nunggu alam rusak dulu?” Atau masih mau menyalahkan
pemerintah...
0 comments:
Posting Komentar