galihghungs blog

Jumat malam, kira-kira pukul 11 lebih atau setidaknya itulah waktu yang ditujukan handpone nokia C-3 saya. Ketika saya menulis ini, saya berada di dalam sebuah mobil berjenis van yang akan membawa saya menuju Johor Bahru, itulah tempat dimana pihak ke-3 kami akan membuka sebuah kedai “toko” disana. FYI saya pergi ke Malaysia bukan untuk liburan melainkan untuk sebuah bisnis atau lebih enak menyebutnya dengan “dagang”.

Malam yang sudah larut dan kondisi yang lelah sehingga membuat orang-orang didalam van tertidur lelap, namun tidak dengan saya. Saya mencoba menilik setiap sudut dari Negara ini dan mencoba untuk memahami apa yang sebenarnya berbeda dengan Negeri saya sendiri “Indonesia” terlepas dari duelisme ego media dan persepsi “Ganyang Malingsia” ataupun “Malay tukang bajak”.

Mencoba kilas balik pada perjalanan siang tadi menuju Malaysia menggunakan maskapai AirAsia Indonesia. Ya, saya kira beruntung untuk mendapatkan layanan AirAsia Indonesia karena mereka masih menyajikan masakan indonesia di dalam pesawat seperti nasi rames, rendang, walaupun ada beberapa masakan Malaysia didalam daftar menu.

Pukul 1 siang, pesawat landing di terminal KLIA-2 (Kuala Lumpur International Airport) atau kita sebut bandara, itulah yang dikatakan pengeras suara dalam pesawat dan yang berbeda ialah sudah menggunakan bahasa melayu (seengganya gw ga kesasar dan yakin kalo ini Malaysia). Akhirnya touchdown gw di Malaysia.

Kesan pertama memasuki terminal KLIA-2 cukup amaze, ya secara untuk kelas penerbangan LCCT (low cost carieer transport) bandara ini cukup luas dan megah dibandingkan dengan bandara husein sastranegara (BDG) walaupun kita disini hanya dapat menemukan maskapai seperti AirAsia, citylink, Lion air, dan ada juga Malaysia Airlines. Sepertinya bandara ini masih baru karena dari segi bangunan dan lahan yang digunakan terbilang cukup baru, saat landing tadi saya melihat bahwa disekitar bandara masih banyak lahan perkebunan sawit yang luas.