CONVERSATION
Cara Memberi Background pada Dokumen Microsoft Word 2007
Artikel Ilmu Microsoft Word 2007 Kali ini adalah Cara Memberi Background pada Dokumen
Microsoft Word 2007 .Backgroundnya bisa warna dan bisa juga gambar,....tidak usah
panjang lebar lagi mari kita coba bersama-sama,.
- Buat Sebuah Dokumen/Artikel baru
- Masuk ke "PAGE LAYOUT", lalu pilih ini Dengan WATER MARK, lalu pilih costum watermark
NB : Kita juga bisa membuat Bingkai di Microsoft Word 2007 dengan langkah seperti tadi lewat PAGE BORDER..
Ilmu MS.Word 2007 sampai sini dulu ya Ilmu MS. Word 2007nya,...cara diatas mudah kok,..sekian dan tunggu ilmu microsoft word 2007 yang lainnya di lain kesempatan.
CONVERSATION
Cara membuat daftar isi di MS. word 2007
Untuk membuat daftar isi di word 2007, maka perlu dilakukan setting atau pengaturan pada
tab (tabulasi) sehingga hasilnya bisa terlihat rapi. Anda bisa membuat tabilasi (tab) dua
bagian, bagian pertama untuk diisi dengan leader titik-titik, dan tabulasi kedua diisi dengan
nomor halaman.
Untuk membuat daftar isi pada word 2007 lakukan prosedur berikut:
- Pada horizontal ruler klik ,aktifkan dua tabulasi tergantung kebutuhan (jika aktif
ditandai dengan tanda siku). - Ketik halaman judul, selanjutnya klik kanan pada lembar kerja, pilih Paragraph..
- Pilih Tabs...
- Pilih 14,76 pada "Tab stop position" (sesuaikan dengan tab stop yang anda buat)
Pada bagian leader pilih 2......
Klik Set
OK - Setelah kursor berada di bagian belakang halaman judul, tekan spasi/tab (di keyboard)
akan muncul garis titik-titik tekan spasi / tab sekali lagi akan pindah ke tab stop berikutnya,
ketik nomor halaman tekan enter untuk pindah baris. - Ketik halaman pengesahan,letakkan kursor di bagian belakang halaman pengesahan,
tekan spasi 2 kali seperti pada langkah 5 - Lakukan langkah 5 berulang pada baris berikutnya, hasilnya akan tampak seperti di
bawah ini.
Ilmu MS.Word 2007 sampai sini dulu ya Ilmu MS. Word 2007nya,...cara diatas mudah kok,..sekian dan tunggu ilmu microsoft word 2007 yang lainnya di lain kesempatan.
CONVERSATION
Saat Jaringan wireless Tidak Terdeteksi
Butuh internet tapi lagi gak bawa modem? Kan ada wi-fi! Lho, tapi kok laptop-nya gak detect wi-fi ya, kenapa nih??
Tenang spAcer, jangan langsung berasumsi bahwa laptop Acer-mu bermasalah. Jika laptop tidak berhasil mendeteksi jaringan wireless, coba cek beberapa hal berikut:
- Pastikan kamu memang berada di tempat yang terjangkau oleh wi-fi.
- Jika kamu memakai wireless router, pastikan router sudah menyala dan tidak rusak
- Pastikan fitur wireless pada laptop Acer kamu sudah menyala. Pada sebagian notebook dan netbook Acer, wi-fi bisa diaktifkan dengan menekan kombinasi Fn+F3, sebagian lainnya dapat diaktifkan dengan menekan tombol tertentu atau menggeser ‘switch’ yang tersedia.
Jika hal ini sudah kamu coba lakukan dan wi-fi tetap tidak terdeteksi, coba cek apakah hardware pada laptop atau komputer kamu bekerja dengan baik. Cara mengeceknya adalah menggunakan ‘PING command’ untuk memverifikasi apakah network adapter serta TCP/IP bekerja dengan baik. Untuk melakukan ‘PING command’ ikuti langkah berikut:
- Klik Start dan pilih Run (atau ketik Run di ‘search bar’)
- Ketika jendela Run muncul, ketik CMD
- Setelah keluar jendela command prompt ketik ping 127.0.0.1 dan tekan Enter
- Jika network adapter dan TCP/IP bekerja dengan baik maka kamu akan menerima response yang mirip seperti ini:
Bila ternyata yang kamu terima justru pesan error, kemungkinan TCP/IP tidak terinstall dengan benar. untuk menginstall ulang TCP/IP kamu dapat mencoba langkah berikut ini:
- Klik Start dan pilih Run (atau ketik Run di ‘search bar’)
- Ketika jendela Run muncul, ketik netsh int ip reset resetlog.txt dan tekan Enter
- Ketika perintah ini berjalan, perintah ini akan me- rewrite regsitry keys yang digunakan untuk seting TCP/IP yang hasil akhirnya sama dengan menginstall ulang protocol.
Sudah sampai tahap ini namun notebook atau netbook kamu masih belum mendeteksi jaringan wireless apapun spAcer? Mungkin driver untuk network adapter di notebook-mu harus di install ulang nih. Dengan menjalankan proses ini, driver network adapter tidak akan dihapus, tapi Windows akan melakukan proses deteksi hardware dan driver akan terinstall ulang secara otomatis. Caranya sebagai berikut:
- Klik Start dan pilih Control Panel
- Di jendela Control Panel, klik Device Manager
- Pada jendela Device Manager cari Network Adapters tanda ‘Ø’ untuk melihat pilihan. Kemudian klik kanan pada driver wireless yang terinstall di notebook-mu. Contohnya seperti ini:
- Pada jendela Confirm Device Removal klik OK (jangan berikan tanda check list [√] pada kotak yang bertuliskan Delete the driver software for this device )
- Restart notebook atau netbook Acer milikmu.
Masih tidak berhasil juga spAcer? Kalau begitu kamu bisa membawa unit notebook atau netbook Acer kamu ke Acer Service Center terdekat untuk diperiksa ya..
Dukungan dari…
CONVERSATION
Genei Ryodan (Phantom Troupe)
"Laba-laba tidak akan mati meskipun kepalanya telah terputus"
Ryuseigai
Genei Ryodan (Phantom Troupe) awalnya berasal dari Ryuseigai (city of the Shooting Star), suatu negara tanpa hukum dan tanpa pemerintahan. Bisa dikatakan bahwa semua informasi tentang negara ini secara tertulis tidak pernah ada. Dengan kata lain, Ryuseigai adalah tempat orang-orang terbuang dan tidak diakui yang bahkan keberadaannya pun tidak dicantumkan dalam peta.
Anggota awal Genei Ryodan
Genei Ryodan (Phantom Troupe) adalah komplotan kriminal rank A (paling dicari) yang terdiri dari kumpulan bandit yang memiliki kemampuan istimewa dan merupakan petarung yang handal. Kurapika berusaha mencari komplotan ini setelah Genei Ryodan (laba-laba) dengan kejamnya membantai suku Kuruta demi mengambil mata pupil merah mereka.
Masing-masing mata pupil merah tersebut bernilai sangat tinggi. Perburuan Kurapika atas mereka adalah alasan utama dia mengikuti ujian Hunter. Ketika Kurapika telah menguasai Nen, dia pergi menuju pelelangan underworld di York Shin (Yorknew city) dan bekerja sebagai bodyguard Nostrad karena tahu Genei Ryodan pasti akan muncul disana.
Genei Ryodan dulu
Setelah 2 tahun 3 bulan tidak bertemu, Genei Ryodan (Phantom Troupe) memutuskan untuk berkumpul di York Shin (Yorknew city) sebelum hari pertama bulan September dengan rencana akan mencuri semua benda yang akan dilelang disana serta membunuh semua orang yang ikut campur disana.
Total anggotanya adalah 13 orang termasuk pimpinannya. Masing-masing anggota memiliki kemampuan yang hebat dan mempunyai tato bergambar laba-laba berkaki 12 dengan 1 kepala. Letaknya sendiri dapat berbeda-beda antar anggota. Setiap anggota mempunyai nomornya sendiri-sendiri dimana nomor tersebut tercantum dalam tato mereka (pada perut laba-laba).
Genei Ryodan sekarang
(Ubogin dan Pakunoda mati, serta Kalluto menggantikan Hisoka)
Genei Ryodan (Phantom Troupe) biasanya bergerak sendiri-sendiri dan tidak bekerjasama dengan kelompok lain. Kegiatan mereka didominasi oleh perampokan dan pembunuhan. Setiap anggota Genei Ryodan (Phantom Troupe) mempunyai peran masing-masing, ada yang berperan sebagai petarung utama, ada pula yang berperan sebagai intelegent. Tapi semuanya bergerak atas perintah sang pimpinan.
Anggota Genei Ryodan (Phantom Troupe) telah bekali-kali berganti sejalan dengan waktu. Siapapun dapat bergabung asalkan ia mendapat persetujuan dari pimpinan dan berhasil mengalahkan anggota Genei Ryodan (Phantom Troupe) yang lain untuk mendapatkan posisinya. Genei Ryodan (Phantom Troupe) juga memiliki aturan dasar seperti organisasi lain pada umumnya seperti pertarungan antara anggota sangat dilarang, pertikaian diantara anggota kerap kali terjadi karena ada beda pendapat, sebagai solusinya pertikaian itu diselesaikan dengan pelemparan koin (salah satu sisinya adalah kepala dan sisi lainnya adalah ekor).
Mencegah konflik sesama anggota dengan lempar koin
Jika seorang anggota dinyatakan hilang, sang pimpinan mempunyai hak untuk menentukan penggantinya. Bisa dikatakan bahwa semua anggota Genei Ryodan (Phantom Troupe) adalah sumber daya yang dapat tergantikan, bahkan sang pemimpin sendiri. Walaupun perintah pimpinan adalah prioritas nomor satu, nyawanya adalah prioritas kedua setelah Genei Ryodan (Phantom Troupe) itu sendiri. Jika pimpinan harus mati, maka Genei Ryodan (Phantom Troupe) harus tetap hidup (dengan mencari ketua yang baru). Tapi hingga kini hal itu tidak pernah terjadi. Sejak awal Genei Ryodan (Phantom Troupe) dibentuk, pemimpinnya masih tetap sama yaitu Kuroro Lucifer.
Karena keberadaan mereka yang tidak diinginkan (sangat berbahaya), hadiah bagi yang bisa menangkapnya pun sangat tinggi. Tapi hunter profesional sekalipun ternyata tidak bisa menandingi mereka.
Untuk siapa saja anggora Ryodan bisa dilihat posting selanjutnya :
Daftar Anggota Genei Ryodan (Phantom Troupe)
CONVERSATION
Pro Evolution Soccer 2011
Untuk yang suka game bola tentunya g mau ketinggalan dengan Game keren yang satu ini Pro Evolution Soccer 2011.
Pro Evolition Soccer atau sering kita singkat PES. merupakan permainan berjenis olahraga sepakbola yang sangat populer di kalangan pecinta gamer.PES merupakan game pc offline yang di produksi oleh Konami yang bermarkas di Tokyo, Jepang.
PES kini hadir dengan versi terbarunya yaitu Pro Evolution Soccer 2011, yang kurang lebih hampir sama dengan Pro Evolution Soccer 2010.
Keunggulan dari PES 2011 adlah grafiknya lebih halus dan spesifikasi komputer yang dibutuhkanpun harus tinggi. tetapi buat pecinta games yang bergenre sport ini bukanlah suatu masalah yang besar, untuk dapat memainkan PES 2011 ini.
Untuk dapat memainkan game ini harus memenuhi spesifikasi berikut
Spesifikasi Minimal yang dibutuhkan:
Intel Processor - Core 2 Duo E6700 2.66GHz
AMD Processor - Athlon 64 X2 Dual Core 5800+
Nvidia Graphics Card - Geforce 8800 GTS
ATI Graphics Card - Radeon HD 3800 series
RAM Memory - 2 GB
Hard Disk Space - 8 GB
Direct X - 9
Bagi yang pengen download game nya silahkan
Download PES (Pro Soccer Evolution 2011) Mediafire:
- Link Download 1 | Pro Evolution Soccer 2011 - (5,6 GB : 29 Part)
- Link Download 2 | Pro Evolution Soccer 2011 - (5,6 GB : 30 Part)
- Link Download 3 | Pro Evolution Soccer 2011 - (5,6 GB : 30 Part)
- Password (if needed) : www.gamehousevn.com
Serial Number PES (Pro Evolution Soccer 2011)
SWY7-HTUN-3YF5-CD4D-W3AF V49J-F949-CJN5-7PKR-73N9 |
CONVERSATION
Aspek Permasalahan Peternakan
A. Pengetahuan Umum Peternak
Bertitiktolak dari sejarah perkembangan perekonomian bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sampai dengan penjajahan daerah nusantara oleh bangsa Belanda awal abad ke 20, seluruh jenis ternak lokal yang diusahakan oleh masyarakat adalah peternakan bermotif subsistens. Ternak hanya dipelihara beberapa ekor saja yang tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau untuk mengisi waktu luang, kecuali ternak kerbau di daerah Sulawesi yang dipelihara secara extensif dilepas di rawa rawa. Pengetahuan beternak masyarakat diperoleh secara turun temurun atau secara tradisional.
Tiga prinsip besar “breeding, feeding, management” dalam beternak tidak dikuasai dan apalagi dilaksanakan.
Ketika bangsa Belanda menguasai daerah Nusantara barulah ada usaha usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi potong, domba dan kambing lokal dengan cara kawin silang antara ternak lokal dengan ternak unggul yang didatangkan dari eropa. Dilain fihak, khusus ternak sapi perah dikembangkan dengan skala usaha besar besaran atau secara komersial oleh para pengusaha Belanda atau asing eropa lainnya. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi perah ini adalah untuk memenuhi kebutuhan susu segar dan produk olahannya bagi bangsa asing yang bekerja di daerah Nusantara. Pekerjaan orang asing pada waktu itu adalah sebagai pengusaha dalam bidang perkebunan teh, kopi, kina, pedagang rempah rempah dan pegawai administrasi dan militer pada pemerintah Belanda. Pada saat ini usaha peternakan di Indonesia sudah banyak yang bermotif semi komersial bahkan yang komersial, namun mayoritas peternak yang diperkirakan sekitar 90 persen masih berusaha secara subsistens. Usaha peternakan subsistens identik dengan usaha yang sarat dengan masalah.
B. Posisi Tawar Peternak
Usaha peternakan rakyat yang bermotif subsistens dengan skala kecil posisi tawarnya sangat rendah. Dalam penjualan produk, mereka bersifat pasif dan yang aktif adalah para pedagang. Para peternak akan menjual ternaknya ketika ada kebutuhan yang mendesak, artinya tidak menjualnya pada waktu yang tepat. Ketika ada kebutuhan yang mendesak, maka posisi tawar dia sangat lemah, harga berapapun yang ditentukan pedagang dia harus mau menerimanya. Ketika ada kebutuhan yang mendesak dan ternaknya masih kecil, dia akan meminjam uang kepada pedagang dengan perjanjian nanti harus menjual ternaknya pada pedagang yang bersangkutan.
C. Sifat Produk Peternakan
Produk peternakan dapat diperjualbelikan dalam tiga bentuk, yaitu ternak hidup, produk segar dan produk olahan. Ketiga jenis produk ini masing masing memiliki kelemahan tersendiri dalam penyimpanan dan pemindahannya. Ternak hidup bersifat voluminous (mengambil banyak temapt) dan bulky (berat dan kaku). Ternak hidup harus dipindahkan dengan alat dan perlakuan khusus. Risiko yang harus ditanggung dalam pemindahan ternak adalah lecet, memar, sakit, patah tulang dan mati. Produk segar: daging, telur dan susu bersifat perishable (mudah rusak), berarti menanggung risiko rusak dan busuk selama pemindahan, jika tidak disimpan pada kondisi yang tidak memenuhi syarat temperatur dan kelembaban tertentu. Produk olahan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu olahan setengan jadi dan siap saji. Kedua jenis produk ini juga masih berisiko busuk atau rusak, jika disimpan dalam waktu yang relatif lama.
D. Kelembagaan Peternak
Kelembagaan peternak di daerah pedesaan pada umumnya dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu lembaga tidak resmi dan lembaga resmi. Lembaga tidak resmi adalah berbagai kelembagaan peternak yang tidak memiliki struktur organisasi dan peraturan yang jelas, misalnya gotong royong. Lembaga resmi adalah kelembagaan peternak yang memiliki struktur organisasi dan peraturan yang jelas serta diakui pemerintah, misalnya koperasi. Peternak di daerah pedesaan yang pada umumnya hanya berpendidikan rendah kurang mengenal dan memahami tentang kelembagaan yang dapat membantu mereka untuk meningkatkan kesejahteraannya. Para peternak yang masing masing berdiri sendiri tidak punya kekuatan apapun untuk dapat bergerak ke arah yang lebih baik. Peribahasa yang berbunyi sepotong lidi sangat mudah dipatahkan, tetapi jika bersama sama terikat menjadi sapu lidi sulit dipatahkan. Peternak yang terikat dalam suatu lembaga, baik resmi mauoun tidak resmi, memiliki banyak keunggulan. Mereka akan memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan cara beternak yang lebih baik, posisi daya tawar meningkat, memperoleh permodalan lebih mudah, skala usaha meningkat dan kesejahteraan lebih baik.
Sumber : suryadi’s blog : littleblog.16mb.com
CONVERSATION
Jenis Hasil Peternakan
Hasil peternakan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu pertama hasil peternakan yang berupa barang yang bernyawa atau ternak hidup dan diperdagangkan dalam bentuk hidup; kedua hasil peternakan yang berupa barang yang mati dan diperdagangkan dalam betuk segar; ketiga hasil peternakan yang berupa barang mati dan diperdagangkan dalam bentuk olahan setengah jadi dan siap saji.
A. Hasil peternakan yang diperdagangkan dalam bentuk hidup
adalah berbagai jenis ternak untuk dipotong atau untuk dibudidayakan kembali. Ternak hidup untuk dipotong dibeli oleh empat jenis pengusaha, yaitu pengusaha pemotongan sapi dan kerbau, pedagang daging domba/kambing, tukang sate/gule kambing dan pedagang ayam. Ternak hidup untuk dibudidayakan kembali dibeli oleh para peternak untuk dikembangbiakan atau untuk digemukan.
B. Hasil peternakan yang berupa barang mati dan diperdagangkan dalam bentuk segar
contoh beberapa barang hasil ternak yang diperdagangkannya adalah daging, telur dan susu.
C. Hasil peternakan dalam bentuk olahan setengah jadi
contohnya adalah berupa dendeng dan nuget, sedangkan yang siap saji antara lain adalah sosis, baso, rendang, abon, telur asin, keju, susu kental manis dan susu bubuk.
Sumber : Suryadi’s blog : little.16mb.com
CONVERSATION
Sejarah Peternakan
Indonesia merupakan suatu negara yang hamparan daratannya sangat luas dan lautan yang mengelilinginya sangat lebih luas lagi berdasarkan aturan internasional zona economic exclusive. Jenis binatang, hewan dan ternak di Indonesia relatif sangat banyak, karena antara lain kita memiliki komodo, harimau, gajah, badak, babi, anjing, kijang, kuda, sapi, domba dan kambing serta berbagai jenis unggas seperti ayam, itik, bebek, angsa dan burung puyuh,. Adapun ternak asli Indonesia atau hasil persilangannya yang berkembang di masyarakat luas juga relatif banyak, antara lain yaitu: sapi, kerbau, kuda, domba, kambing, kijang, babi, kelinci, ayam, bebek dan burung puyuh.
Masyarakat Indonesia sudah berusaha mendomestikasi hewan liar menjadi ternak sejak zaman dahulu kala ketika masih ada pemerintahan kerajaan kerajaan kecil yang tersebar di seluruh nusantara. Di pulau Jawa dikenal ada sapi liar yang disebut Banteng, kemudian didomestikasi menjadi Sapi Jawa, Sapi Bali dan Sapi Madura. Demikian juga halnya dengan kuda, di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Kuningan ada yang disebut Kuda Kuningan. Ayam buras/lokal/kampung berasal dari domestikasi ayam hutan yang di Jawa Barat dikenal dengan nama Cangehgar dan secara husus di Cianjur ada Ayam Pelung yang perawakannya tinggi besar serta suaranya yang khas. Selain dari itu di Jawa Barat dikenal pula kambing yang perawakannya kecil yang disebut Kambing Kacang. Semua jenis ternak ini sudah sangat lama dipelihara dan dikembangbiakkan oleh masyarakat terutama di daearah perdesaan menjadi barang konsumsi yang bernilai ekonomi tinggi.
Sejalan dengan perkembangan zaman, masuklah bangsa asing eropa khususnya Belanda yang tadinya berusaha dalam perniagaan rempah rempah menjadi penjajah di daearah Nusantara. Setelah menguasai daerah nusantara, penjajah Belanda yang asalnya hanya membeli rempah rempah marubah strategi menjadi pembeli dan sekaligus produsen. Untuk menjadi produsen, mereka tidak hanya mengusahakannya sendiri, tetapi juga mengundang investor bangsa eropa yang lainnya seperti Inggris dan Perancis. Mereka mengusahakan dan membangun perkebunan perkebunan seperti teh, kopi, coklat, cengkeh dan pala secara besar besaran agar mendapat keuntungan yang besar pula. Untuk administrasi mereka menggunakan tenaga kerja dari bangsa mereka sendiri, sedangkan tenaga kerja kasar dari masyarakat pribumi agar upahnya murah.
Bangsa bangsa eropa khususnya bangsa Belanda yang berinvestasi dalam bidang perkebunan, perdagangan dan administrasi pemerintahan di daerah Nusantara merasakan adanya kekurangan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman sehari hari, karena ketika berada di negrinya sudah biasa minum susu sapi dan makan daging sapi yang khas, sedangkan di tempat yang baru tidak tersedia. Untuk memenuhi kebutuhan mereka pemerintah Hindia Belanda berusaha mendatangkan sapi perah dan sapi daging, sehingga susu dan daging sapi tidak di impor lagi. Sapi perah yang didatangkan ke Nusantara khususnya sapi Holstein Friesien atau biasa juga disebut sapi Fries Holland yang dengan nama singkatan Sapi Perah FH berasal dari negeri Belanda.
Sapi FH diusahakan oleh para investor dalam skala ekonomis dengan efisiensi tinggi dan keuntungannya besar, karena segala sesuatunya sudah diperhitungkan sedemikian rupa sebagai usaha komersial. Perusahaan perusahaan peternakan sapi perah ini dialokasikan di daerah daerah dataran tinggi yang berhawa sejuk dengan pertimbangan agar menyerupai lingkungan seperti di negara asalnya. Kota Bandung yang terletak di daerah dataran tinggi terpilih sebagai pusat peternakan sapi perah di Jawa Barat. Beberapa daerah kecamatan di kota Bandung yang menjadi daerah kantong produksi susu adalah Lembang, Cisarua dan Pangalengan. Para investor yang bergerak dalam produksi susu, tidak hanya memelihara sapi perah saja, tetapi juga mengusahakan tanaman hortikultura sayur sayuran yang secara kebetulan juga produktivitasnya tinggi di daerah yang bertemperatur sejuk.
Adanya perusahaan peternakan sapi perah dan sayuran milik orang asing membawa manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan usaha peternakan sapi perah dan sayuran rakyat di masing masing daerah tersebut. Lama kelamaan populasi sapi perah rakyat ini makin besar dan berkembang menjadi pusat peternakan sapi perah rakyat di Jawa Barat.
Sumber : Suryadi’s blog : little.16mb.com
CONVERSATION
Proses Pembuatan Bungkil Kedelai
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu tanaman sumber utama protein nabati dan minyak nabati yang paling baik serta sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan serat. Kandungan protein berkisar 30-40%, karbohidrat 34,8%, lemak 18,1% dan masih mengandung zat gizi yang lain sehingga mempunyai potensi yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak, khususnya kebutuhan protein. Selain itu kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien, dalam arti bahwa untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah yang kecil.
Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya sebagai pakan. Pengolahan pakan disini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna, utamanya untuk ternak ruminansia serta peningkatan kandungan protein bahan. Beberapa alternatif pengolahan dapat dilakukan secara fisik (pencacahan, penggilingan dan atau pemanasan), kimia (larutan basa dan atau asam kuat), biologis (mikroorganisme atau enzim) maupun gabungannya.
Dengan jumlah kandungan nutrisi yang dimiliki oleh kedelai cukup baik, terutama bagi ternak dan adanya teknologi pengolahan untuk mengolah limbah yang dihasilkan dari kedelai tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak maka pemanfaatan limbah kedelai untuk dijadikan bungkil menjadi alternatif yang baik dengan mengingat kandungan nutrisi yang dimilikinya. Faktor lain seperti memiliki kandungan phosfor lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0,63%, seperti biji kedelai tidak kaya riboflavin tetapi kandungannya lebih tinggi dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya, kandungan niacin tidak tinggi, kandungan thiamin bungkil kedelai sama dengan butiran lainnya dapat menjadi alas an untuk proses pembuatan bungkil kedelai sebagai pakan ternak.
1.2 Maksud Dan Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini kami memiliki maksud dan tujuan, yaitu sebagai berikut :
1) Mengetahui proses pengolahan bungkil kedelai
2) Mengetahui kandungan nutrisi bungkil kedelai
1.3 Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud Bungkil kedelai?
2. Bagaimana proses pembuatan bungkil kedelai?
3. Apa saja kandungan nutrisi pada bungkil kedelai?
II
Pembahasan
Bungkil kedelai merupakan limbah pembuatan minyak kedelai, mempunyai kandungan protein ± 42,7% dengan kandungan energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasar rendah, sekitar 6%, tetapi kandungan methionin rendah. Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum ayam dianjurkan tidak melebihi 40%. Walaupun dalam penggunaannya sangat dominan, akan tetapi memiliki zat anti nutrisi yang ada pada Kacang kedelai mentah mengandung beberapa trypsin, yang tidak tahan terhadap panas, oleh karena itu sebaiknya kacang kedelai diolah lebih dahulu.
Selain mengandung protein, kedelai juga mengandung zat besi, kalsium, vitamin A dan vitamin B1. Protein kedelai merupakan satu-satunya leguminosa yang mengandung semua asam amino esensial. Asam amino tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh, jadi harus dikonsumsi dari luar. Meskipun kadar minyaknya sekitar 18%, tetapi ternyata kadar lemak jenuhnya rendah dan bebas terhadap kolesterol serta rendah nilai kalorinya.
Bungkil kedelai mempunyai sumber protein yang cukup tinggi terutama untuk protein kasarnya, sehingga kurang baik jika diberikan terlalu banyak. Kedelai mentah mengandung beberapa penghambat tripsin. Penghambat tripsin ini (antitripsin) tidak tahan panas, sehingga bungkil kedelai yang mengalami proses pemanasan terlebih dahulu tidak menjadi masalah dalam penyusunan ransum untuk unggas. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara pengolahan. Pemanasan yang terlalu lama dapat merusak kadar lisin.
Bungkil kedelai memiliki kandungan zat nutrisi yaitu 4,9% abu, 16,6% lemak kasar, 60% serat kasar, 26,1% BETN dan 32,4% protein kasar. Protein yang terkandung dalam bungkil kedelai cukup tinggi sehingga dalam penyusunan ransum bungkil kedelai digunakan sebagai sumber protein. Kualitas bungkil kedelai tergantung pada proses pengambilan minyaknya, varietas kacang kedelai dan kualitas kacang kedelainya.
Bungkil kedelai mengandung protein yang cukup tinggi, sehingga kedua bahan tersebut digunakan sebagai sumber utama protein pada pakan unggas, disamping pakan lainnya.
Persyaratan mutu standar bungkil kedelai meliputi kandungan nutrisi dan batas tolerasi aflatoxin. Persyaratan mutu standar bungkil kedelai yang harus dipenuhi menurut SNI 01-2904-1996 adalah sebagai berikut:
Mutu I
Mutu II
Kadar air (%) maksimum
12
12
Protein kasar (%) minimum
46
40
Serat kasar (%) maksimum
6,5
9
Abu (%) maksimum
7
8
Lemak (%) maksimum
3,5
5
Calsium (%)
0,2-0,4
0,2-0,4
Fosfor (%)
0,5-0,8
0,5-0,8
Aflatoxin (ppb) maksimum
50
50
Proses Pembuatan Bungkil Kedelai (Harris dan Karmas, 1989)
Sekitar 50 % protein untuk pakan unggas berasal dari bungkil kedelai dan pemakaiannya untuk pakan ayam pedaging berkisaran antara 15 – 30%, sedangkan untuk pakan ayam petelurbekisaran antara 10-25% (Wina, 1999). Kandungan protein bungkil kedelai mencapai 43 – 48% bungkil kedelai juga mengandung zat antinutrisi seperti tripsin inhibitor yang dapat mengganggu pertumbuhan unggas, namun zat anti nutrisi tersebut akan rusak oleh pemanasan sehingga aman untuk digunakan sebagai pakan unggas (Boniran S, 1999).
- Mula-mula kedelai disortasi untuk memilih kedelai yang baik, membuang benda asing dan kedelai yang rusak atau pecah.
- Kemudian kedelai direndam selama 8 – 16 jam, dan direbus 30 menit.
- Setelah itu, kedelai ditiriskan dan dipisahkan kulitnya.
- Lalu dikeringkan dengan dijemur atau menggunakan oven dengan suhu 50 – 60OC dan digiling halus sehingga diperoleh tepung kedelai. (Boniran S, 1999)
- Memilih Kedelai yang baik
Benih yang baik adalah berukuran besar, tidak cacat, berwarna seragam (putih, kekuning-kuningan). Biji kedelai terdiri dari 7,3% kulit, 90,3% kotiledon (isi atau “daging” kedelai) dan 2,4% hipokotil.
2. Proses Perendaman
Kedelai merupakan sumber protein paling baik akan tetapi, ada faktor-faktor penghambat dalam pengolahan kedelai sehingga harus diperhitungkan optimasi prosesnya. Variabel tetap yang digunakan adalah lama perebusan 20 menit, suhu perebusan 90°C, waktu penggilingan konstan, berat bahan 500 gram, perbandingan berat air : berat kedelai = 5:1. Sedangkan variabel berubahnya lama perendaman (1, 2, 3, 4, dan 5 jam) dan suhu perendaman (40, 50, 60, 70, dan 80°C). Pertama timbang bahan, rendam sesuai variabel, cuci kedelai, giling bersamaan dengan penambahan air sehingga terbentuk bubur.
Masak bubur tersebut dan suhu dijaga konstan. Saring dan ambil ampasnya. Ampas dikeringkan dalam oven kemudian dianalisa kadar proteinnya mengunakan metode kjedahl. Dari percobaan diperoleh hubungan % protein tak terekstrak dengan waktu dan suhu perendaman. Semakin lama waktu perendaman dan semakin tinggi suhu perendaman % protein tak terekstrak semakin menurun. Pada penelitian kami, variabel optimum dicapai pada lama perendaman 5 jam dan suhu perendaman 600C.(yuliana.2009).
3. Pemisahan Kulit / Pengupasan Kulit Biji Kedelai
Proses pengupasan secara tradisional memiliki beberapa permasalahan seperti kerugian terhadap waktu serta kualitas kupasan yang kurang maksimal. Perancang mesin pengupas kulit ari biji kacang kedelai disertai mekanisme pemisah antara biji dan kulit arinya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pengupasan. Mesin ini menggunakan sistem gesek dalam proses pengupasan, dimana pengupasan terjadi akibat adanya gesekan antara dua batu gerinda sebagai bidang gesek dengan biji kedelai. Proses pemisahan biji dengan kulitnya menggunakan media air yang mengalir.
4. Proses Pengeringan
Pada umumnya pengeringan kedelai di Indoneseia dilakukan dengan cara menjemur dibawah sinar matahari. Cara ini mempunyai beberapa kelemahan salah satunya yaitu, sangat tergantung pada keadaan cuaca. Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan menggunakan mesin pengering diantaranya mesin pengering tipe bak. Salah satu keuntungan penggunaan mesin pengering adalah dapat diaturnya kondisi pengeringan sesuai dengan yang dikehendaki. (Ali,norizon.2011).
5. Proses Penggilingan
Hasil gilingan kedelai yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan minyak kedelai dengan melakukan pengolahan lebih lanjut. Dari pembuatan minyak kedelai dihasilkan bungkil kedelai tanpa kulit dengan kadar protein 40 – 50 persen. Bungkil ini dapat dibuat tepung, isolat dan konsentrat protein kedelai. Karena sifat fungsional yang baik, produk-produk tersebut banyak digunakan dalam industri sebagai bahan formulasi berbagai makanan. Disamping dari bungkil, tepung kedelai dapat juga dibuat dari biji kedelai utuh.
III
Penutup
3.1 Kesimpulan
- Bungkil kedelai adalah produk hasil ikutan penggilingan biji kedelai setelah diekstraksi minyaknya secara mekanis (ekspeller) atau secara kimia (solvent).
- Protein yang terkandung dalam bungkil kedelai cukup tinggi dan kualitas bungkil kedelai tergantung pada proses pengambilan minyaknya, varietas kacang kedelai dan kualitas kacang kedelainya.
- Proses pembuatan bungkil kedelai diantaranya; memilih kacang kedelai yang baik, lakukan perendaman, pengupasan kulit, pengeringan, dan penggilingan.
3.2 Saran
- Dalam pembuatan bungkil kedelai sebaiknya memenuhi persyaratan standar mutu bungkil kedelai sesuai SNI agar kualitas terjamin.
- Proses pembuatan sebaiknya dilakukan seteliti mungkin agar menghasilkan bungkil kedelai yang sesuai harapan.
- Pada proses pengeringan untuk lebih efektif dapat diganti dengan menggunakan mesin pengering.
Daftar Pustaka
Ali, Ahmad Jakfar. 2006. karakteristik Sifat Fisik Bungkil Kedelai, Bungkil Kelapa Dan Bungkil Sawit.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/32619/D06aja1.pdf
http://balitnak.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=59:3&download=922:3&Itemid=1Sumber : Suryadi’s blog : little.16mb.com
CONVERSATION
Produsen Peternakan
1. PENDAHULUAN
Produsen peternakan adalah orang atau lembaga atau perusahaan yang kegiatan usahanya memproduksi atau menghasilkan ternak dan hasil ternak seperti sapi, domba, kambing, susu, telur dan wool/bulu domba. Dalam sistem agribisnis posisi produsen ada pada sub sistem II atau sub sistem budidaya. Lokasi tempat tinggal perusahaan pada umumnya berada di daerah pedesaan, terutama produsen yang memelihara ternak ruminansia. Ternak ruminansia adalah ternak yang pakan pokoknya berupa hijauan seperti rumput dan dedaunan, baik yang ditanam secara khusus maupun limbah pertanian. Produsen telur dan broiler lokasi usahanya lebih dekat ke daerah konsumen, karena usaha ini tidak memerlukan lahan yang luas dan pakan pokoknya berupa biji bijian yang diramu oleh pabrik pakan ternak menjadi pakan ternak yang berkualitas tinggi.
2. MOTIV USAHA PETERNAKAN
Sejak dahulu kala pada masa berkuasanya raja raja di daerah Nusantara pada abab ke 14, masa penjajahan Belanda pada abad ke 20, masa awal kemerdekaan terbentuknya Negara Indonesia sampai masa kini abad ke 21, jenis usaha peternakan di Indonesia mengalami perubahan yang mengarah kepada kemajuan. Namun demikian, perubahan jenis usaha peternakan ini tidak bersifat menyeluruh mencakup berbagai jenis ternak, karena banyak faktor yang memengaruhinya. Terlepas dari kesemuanya itu, pada saat ini di Indonesia dapat ditemui tiga motiv usaha peternakan yang mencakup berbagai jenis ternak yang ada. Adapun ketiga jenis usaha peternakan tersebut adalah: a. Usaha Peternakan Subsistens, b. Usaha peternakan Semi Komersial dan c. Usaha peternakan Komersial.
A. Usaha Peternakan Subsistens/Tradisional
Usaha peternakan subsistens/tradisional adalah motiv usaha peternakan yang ditujukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Jenis ternak yang diusahakan adalah: domba, kambing, sapi potong, kerbau, ayam lokal, bebek lokal, Adapun ciri ciri yang melekat pada usaha peternakan subsistens ini adalah:
1. Skala usaha ekonomi kecil, 2. Investasi modal kecil, 3. Hasil produksi sedikit, 4. Kualitas produk tidak standar, 5. Penjualan produk tidak teratur, 6. Harga ditentukan pembeli, 7. Pengetahuan beternak sederhana, 8. Manajemen tradisional, 9. Pakan yang diberikan seadanya, 10. Tidak dilakukan pencegahan penyakit, 11. Ternaga kerja keluarga tidak terdidik, 12. Usaha sampingan, 13. Tidak memperhitungkan nilai nilai ekonomi, 14. Tidak memperhatikan keinginan konsumen, 15. Pemilikan ternak hanya beberapa ekor, 16. Bibit yang diusahakan bibit lokal.
Pada usaha peternakan yang bermotiv subsistens keadaan pengusaha relatif sulit untuk menghitung keuntungan, karena peternak tidak memperhitungkan berapa biaya produksi, jarak fisik antara produsen dengan konsumen akhir relatif pendek, permintaan konsumen terbatas dan spesialisasi pekerjaan masyarakat masih sederhana. Keadaan seperti ini biasanya ditemui pada tingkat perekonomian masyarakat yang belum berkembang atau perekonomiannya berkembang lambat. Lambatnya perkembangan perekonomian pada masyarakat tersebut akan lebih parah lagi, jika disertai dengan tingkat komunikasi yang rendah. Saluran pemasaran pada usaha peternakan subsistens dapat digambarkan sebagai berikut.
Produsen
Konsumen
Gambar 1. Saluran Pemasaran Produk Pada Usaha Peternakan Subsistens
B. Usaha Peternakan Semi Komersial.
Usaha peternakan semi komersial adalah motiv usaha peternakan yang lebih unggul daripada usaha peternakan subsistens/tradisional. Usaha peternakan semi komersial ini selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga juga ditujukan untuk dijual ke pasar. Jenis ternak yang diusahakan adalah: sapi perah, kambing perah, ayam ras broiler, ayam ras petelur dan burung puyuh. Adapun ciri ciri usaha peternakan semi komersial ini adalah sebagai berikut:
1. Skala usaha ekonomi menengah , 2. Investasi modal sedang, 3. Hasil produksi cukup banyak, 4. Kualitas produk sudah standar, 5. Penjualan produk teratur, 6. Terlibat dalam lembaga koperasi dan harga ditentukan koperasi , 7. Pengetahuan beternak cukup baik, 8. Manajemen sistematik, 9. Pakan yang diberikan kualitas sedang, 10. Sudah dilakukan pencegahan penyakit/vaksinasi, 11. Ternaga kerja keluarga dan luar keluarga sudah terdidik, 12. Usaha pokok, 13. Sudah memperhitungkan nilai nilai ekonomi, 14. Sudah memperhatikan keinginan konsumen, 15. Pemilikan ternak beberapa ekor sampai puluhan ekor tergantung jenis ternaknya, 16. Bibit yang diusahakan bibit unggul.
Pada usaha peternakan yang bermotiv semi komersial keadaan pengusaha relatif lebih mudah untuk menghitung keuntungan, karena peternak sudah memperhitungkan biaya produksi yang pokok jarak fisik antara produsen dengan konsumen akhir relatif lebih jauh dan diantara produsen dengan onsumen sudah ada suatu lembaga perantara yang berupa pedagang, permintaan konsumen sudah meningkat dan spesialisasi pekerjaan masyarakat sudah mulai terbentuk.
Produsen
Pedagang
Konsumen
Gambar 2. Saluran Pemasaran Produk Pada Usaha Peternakan Semi Komersial
C. Usaha Peternakan Komersial
Usaha peternakan komersial adalah mitiv usaha peternakan modern yang padat modal dan teknologi maju dengan pengelolaan manajemen ilmiah. Usaha peternakan komersial ini ditujukan untuk memenuhi permintaan konsumen dengan imbalan keuntungan yang besar. Adapun ciri ciri motiv usaha peternakan komersial ini adalah sebagai berikut:
1. Skala usaha ekonomi besar, 2. Investasi modal besar, 3. Hasil produksi sangat banyak, 4. Kualitas produk sudah standar, 5. Penjualan produk teratur, 6. Perusahaan mandiri berbentuk PT, 7. Pengetahuan beternak sangat baik, 8. Manajemen ilmiah, 9. Pakan yang diberikan kualitas tinggi, 10. Dilakukan pencegahan penyakit/vaksinasi, 11. Ternaga kerja luar keluarga terdidik, 12. Usaha pokok, 13. Sangat memperhitungkan nilai nilai ekonomi, 14. Sangat memperhatikan keinginan konsumen, 15. Pemilikan ternak sangat banyak, 16. Bibit yang diusahakan bibit unggul.
Pada usaha yang bermotiv komersial keadaan pengusaha sangat mudah untuk menghitung keuntungan, karena segala biaya yang dikeluarkan sudah dihitung, produk yang dihasilkan banyak, jarak antara produsen dengan konsumen sudah relatif lebih jauh lagi, lembaga pemasaran yang terlibat lebih banyak, permintaan konsumen sangat banyak dan spesialisasi pekerjaan masyarakat sudah tinggi. Keadaan seperti ini biasanya ditemui pada tingkat perekonomian masyarakat yang sudah berkembang atau perekonomiannya sudah berkembang. Perkembangan perekonomian pada masyarakat tersebut akan lebih baik lagi, jika disertai dengan tingkat komunikasi yang sangat baik. Saluran pemasaran pada usaha peternakan subsistens dapat digambarkan sebagai berikut.
1 – 2 – 3 – 4 – 5 - 6
Keterangan:
1 = podusen
2 = pedagang pengumpul
3 = pedagang besar penerima
4 = pedagang besar penyebar
5 = pedagang besar penyebar
6 = konsumen
Sumber : Suryadi’s blog : little.16mb.com
CONVERSATION
Permasalahan Bakteri pada Susu Sapi di Indonesia
1.1 Latar Belakang
Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap antara lain lemak, protein, laktosa, vitamin, mineral, dan enzim. Sebagai produk pangan yang kaya nutrisi, pH mendekati netral dan kandungan airnya tinggi. Oleh karena itu susu sangat mudah mengalami kerusakan akibat pencemaran mikroba (Frank dalam Handayani dan Purwanti, 2010). Sindurejo dalam Tricahyadi dkk (2007) menyebutkan bahwa susu sapi yang baik memiliki warna putih kekuningan dan tidak tembus cahaya.
Pada saat susu keluar setelah diperah, susu merupakan suatu bahan yang murni, higienis, bernilai gizi tinggi, mengandung sedikit kuman atau boleh dikatakan susu masih steril. Demikian pula bau dan rasa tidak berubah dan tidak berbahaya untuk diminum. Setelah beberapa saat berada dalam suhu kamar, susu sangat peka terhadap pencemaran sehingga dapat menurunkan kualitas susu. Kualitas susu yang sampai ditangan konsumen terutama ditentukan antara lain oleh jenis ternak dan keturunannya (hereditas), tingkat laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing, nutrisi/pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu.
Dengan adanya permasalah seperti di atas maka yang sejatinya susu adalah bahan pangan dengan gizi yang tinggi dan nutrisi lengkap sebagai kebutuhan tubuh maka kita harus bisa menangani permasalahan yang menyebabkan susu cepat rusak, serta dapat memberikan informasi tentang permasalahan peternakan sapi perah khususnya yang ada di Indonesia.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui permasalahan pada peternakan sapi perah
2) Mengetahui penyebab penyebaran bakteri pada susu sapi
3) Mengetahui cara penanganan kontaminasi bakteri pada susu sapi
1.3 Identifikasi Masalah
Adapun pembatasan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Apa permasalahan yang terjadi pada peternakan sapi perah?
2) Apa penyebab terjadinya penyebaran bakteri pada susu sapi?
3) Bagaimana cara penanganan kontaminasi bakteri pada susu sapi?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komposisi kimia susu yang lengkap seperti lemak, laktosa, protein, dan lain-lainnya memungkinkan adanya anggapan bahwa susu berperan sebagai medium yang baik bagi pertumbuhan mikrobia merugikan. Susu yang dihasilkan pada ambing sapi pada hakekatnya steril, setelah melewati kelenjar puting baru terjadi kontaminasi oleh mikroba. Hal itu disebabkan selain karena terdapat susu sisa (lebih kurang 10% dari volume susu total), atau karena puting mengalami pengendoran pasca pemerahan berulang. Oleh karena itu, susu yang diperoleh sesudah pemerahan selalu mengandung sejumlah bakteri pencemar yang macam dan jumlahnya tergantung pada lingkungan, patologi hewan (kesehatan), peternakan, peralatan, dan personil yang berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan dan transportasi susu.
Susu dinyatakan rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi apabila dalam susu tersebut terjadi perubahan rasa dan aroma, yaitu menjadi asam, busuk, tidak segar dan susu menggumpal atau memisah. Air susu yang diperah sering tercemar jika bagian luar dari sapi dan daerah sekitarnya sebelum diperah tidak diperhatikan. Keadaan demikian menyebabkan air susu walaupun berasal ambing yang sehat (bebas dari bakteri) tetap terkontaminasi setelah pemerahan susu. Susu yang baru diperah sekalipun dari sapi-sapi yang sehat dan diperah secara aseptis biasanya mengandung jumlah bakteri yang sedikit (Eckles dkk., 1998).
Titiek dan Rahayu (2007) mengatakan bahwa beberapa kerusakan pada susu yang disebabkan tumbuhnya mikroorganisme antara lain adalah pengasaman dan penggumpalan, berlendir seperti tali yang disebabkan terjadinya pengentalan dan pembentukan lendir oleh beberapa jenis bakteri dan penggumpalan susu yang timbul tanpa penurunan pH. Galtz dan Bruvig (1980), melaporkan bahwa Escherichia colli dapat menyebabkan kerusakan pada susu akibat enterotoksin yang diproduksinya. Beberapa bakteri patogen yang umum mencemari susu adalah Brucella sp., Bacillus cereus, Listeria monocytogenes, Campylobacter sp., Staphylococcus aureus, dan Salmonella sp.
BAB III
PEMBAHASAN
Mikroorganisme yang berkembang didalam susu selain menyebabkan susu menjadi rusak juga membahayakan kesehatan masyarakat sebagai konsumen akhir. Kerusakan pada susu disebabkan oleh terbentuknya asam laktat sebagai hasil fermentasi laktosa oleh E.coli. Fermentasi oleh bakteri ini akan menurunkan mutu dan keamanan pangan susu, yang ditandai oleh perubahan rasa, aroma, warna, konsistensi, dan tampilan. Disamping itu penanganan susu yang benar juga dapat menyebabkan daya simpan susu menjadi singkat, harga jual murah yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi pendapatan peternak sebagai produsen susu.
Berdasarkan jumlah bakteri dalam air susu, kualitas susu di negara-negara barat dan negara-negara maju lainnya digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
• Susu dengan kualitas baik atau kualitas A (No. 1), jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar tidak lebih dari 10.000/ml. Bakteri-bakteri koliform tidak lebih dari 10/ml.
• Susu Kualitas B (No. 2) jika jumlah bakterinya antara 100.000-1.000.000/ml dan jumlah bakteri koliform tidak lebih dari 10/ml.
• Susu dengan kualitas C (No. 3), jelek jika jumlah bakterinya lebih dari 1.000.000/ml (Hadiwiyoto, 1994).
Syarat kualitas air susu segar di Indonesia telah dibakukan dalam Standart Nasional Indonesia (SNI 01-3141-1997), dimana pemeriksaan cemaran mikroba dalam air susu segar meliputi uji pemeriksaan dengan angka lempeng total (batas maksimum mikroba 3,0 × 106 koloni/ml), Escherichia coli (maksimum 10/ml), Salmonella (tidak ada), Staphylococcus aureus (maksimum 10² koloni/ml).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas susu :
• Keadaan kandang sapi. Kandang sapi yang baik akan menghasilkan susu yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap keadaan kandang adalah bentuk lubang angin (ventilasi luar ruangan, penerangan, saluran pembuangan).
• Keadaan rumah pemerah. Rumah pemerah adalah rumah untuk mengadakan pemerahan susu. Rumah ini umumnya terpisah dari kandang sapi.
• Keadaan kesehatan sapi. Sapi perah yang sakit akan menghasilkan mutu susu tidak baik.
• Kesehatan pemerah atau pekerja. Hal ini penting agar kontaminasi bakteri yang berasal dari pekerja yang sakit dapat dihindari dan dikurangi.
• Pemberi makanan. Sapi yang baru saja diberi makanan akan menghasilkan susu dengan kandungan lebih banyak daripada sapi yang belum diberi makanan ternyata mempengaruhi cita rasa susu yang dihasilkan. Misal bawang merah yang diberikan 1-4 jam sebelum pemerahan akan menghasilkan susu yang berbau kuat atau merangsang.
• Kebersihan hewan. Apabila sapinya kotor, susu yang diperoleh juga akan mengandung jumlah bakteri yang lebih banyak dan akhirnya rendah mutunya.
• Kebersihan alat pemerah
• Penyaringan susu. Penyaringan dapat membantu mengurangi kotoran-kotoran atau debu.
• Penyimpanan susu. Penyimpanan susu pada suhu tinggi atau kamar, jumlah bakteri yang ada pada susu akan lebih banyak daripada penyimpanan susu pada suhu rendah.
Menurut Supardi dan Sukamto dalam Sulistyowati (2009), susu mudah rusak karena terkontaminasi oleh bakteri-bakteri pembusuk. Selain itu, susu juga dapat terkontaminasi oleh bakteri-bakteri patogen melalui beberapa cara sebagai berikut:
• Susu yang berasal dari sapi perah yang menderita infeksi. Misalnya infeksi oleh bakteri Brucella, Mycobacterium, dan Coxiella burnetii.
• Putting sapi terkontaminasi secara langsung oleh manusia. Misalnya kontaminasi oleh Streptococcus, Staphylococcus, Pseudomonas, dan Corynebacterium.
• Susu terkontaminasi oleh bakteri patogen yang tidak berasal dari sapi sendiri, kontaminasi terjadi setelah proses pemerahan. Misalnya Salmonella typhi, Corynebacter diptheriae dan Streptococcus pyogenes.
Mata rantai produksi susu di Indonesia sudah saatnya untuk mampu dalam meminimalisasi proses kontaminasi dari berbagai macam mikrorganisme berbahaya. Susu yang akan dikonsumsi oleh manusia harus dalam kondisi aman dan sehat. Proses produksi susu di tingkat peternakan memerlukan penerapan good farming practice seperti yang telah diterapkan di negara-negara maju.
Penanganan Air Susu
Menurut Saleh (2004), Penanganan susu segar sangat diperlukan untuk memperlambat penurunan kualitas susu atau memperpanjang massa simpan susu. Cara penanganan air susu sesudah pemerahan adalah sebagai berikut:
• Air susu hasil pemerahan harus segera dikeluarkan dari kandang untuk menjaga jangan sampai susu tersebut berbau sapi atau kandang. Keadaan ini penting terutama jika keadaan ventilasi kandang tidak baik.
• Air susu tersebut disaring dengan saringan yang terbuat dari kapas atau kain putih dan bersih, susu tersebut disaring langsung dalam milk can. Segera setalah selesai penyaringan milk can tersebut ditutup rapat. Kain penyaring harus dicuci bersih dan digodok kemudian dijemur. Bila kain penyaring tersebut hendak dipakai kembali sebaiknya disetrika terlebih dahulu.
• Tanpa menghiraukan banyaknya kuman yang telah ada, air susu perlu didinginkan secepat mungkin sesudah pemerahan dan penyaringan sekurang-kurangnya pada suhu 40C–7oC selama 2 atau 3 jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya kuman yang terdapat didalam air susu. Bila tidak mempunyai alat pendingin maka pendinginan tersebut dilakukan dengan menggunakan balok es, dalam hal ini milk can yang telah berisi susu dimasukkan kedalam bak yang berisi es balok dan ditutup rapat.
Kontaminasi susu perlu dicegah sedini mungkin dengan menjaga kebersihan dan kesehatan hewan perah. Agar susu yang diproduksi terjaga kebersihannya dan lebih tahan lama dari kerusakan. Maka dapat dilakukan beberapa penanganan air susu, antara lain:
• Pendinginan Susu. Pendinginan susu bertujuan agar terjadi penurunan suhu susu dari suhu ambing 37ºC ke berbagai suhu yang lebih rendah untuk menahan mikroba perusak susu agar jangan berkembang, sehingga susu tidak mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif singkat. Pendinginan susu biasanya menggunakan almari es atau alat pendingin khusus yang suhunya di bawah 10°C.
• Pasteurisasi Susu. Pasteurisasi susu adalah pemanasan susu di bawah temperatur didih denganmaksud hanya membunuh kuman ataupun bakteri patogen, sedangkan sporanyamasih dapat hidup. Ada 3 cara pasteurisasi yaitu: Pasteurisasi lama (law temperature, long time), Pasteurisasi singkat (high temperature, short time), dan Pasteurisasi dengan Ultra High Temperature (UHT).
BAB IV
KESIMPULAN
• Salah satu permasalah pada peternakan sapi perah di Indonesia adalah banyaknya jumlah bakteri yang terkandung pada susu.
• Nilai gizinya yang tinggi menyebabkan susu merupakan medium yang sangat disukai oleh mikrooganisme.
• Susu dengan kualitas baik atau kualitas A (No. 1), jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar tidak lebih dari 10.000/ml. Bakteri-bakteri koliform tidak lebih dari 10/ml.
• Susu Kualitas B (No. 2) jika jumlah bakterinya antara 100.000-1.000.000/ml dan jumlah bakteri koliform tidak lebih dari 10/ml.
• Susu dengan kualitas C (No. 3), jelek jika jumlah bakterinya lebih dari 1.000.000/ml.
• Penanganan susu segar sangat diperlukan untuk memperlambat penurunan kualitas susu atau memperpanjang masa simpan susu.
• Proses produksi susu di tingkat peternakan memerlukan penerapan good farming practice.
• Cara yang dapat ditempuh untuk mencegah kerusakan pada susu adalah pendinginan dengan penurunan suhu ataupun melalui pasteurisasi.
Daftar Pustaka
Anonimus. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak.
Dwijoseputro. 1982. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Widodo (2003). Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press. Yogyakarta
www.mirror.unpad.ac.id/orari/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/pengendalian-mutu/penanganan_susu_segar.pdf
http://tatan-ba.blogspot.com/2011/02/bakteri-pada-susu.html
www.pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/FAE27-1d.pdf
www.library.usu.ac.id/download/fp/ternak-eniza.pdf
www.etd.eprints.ums.ac.id/ 5125/1/K100050045.pdf
www.fisika.ub.ac.id/bss-ub/PDF FILES/BSS_116_1.pdf
www.lolitsapi.litbang.deptan.go.id /eng/images/dokumen/mjlh9.pdf
Sumber : Suryadi’s blog : little.16mb.com
CONVERSATION
Pengolahan Hijauan Secara Kimiawi
1.1 Latar Belakang
Pakan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi suatu usaha peternakan, baik itu pada peternakan ruminansia maupun non ruminansia, seiring dengan bertambahnya populasi manusia, maka kebutuhan akan produk-produk peternakan seperti daging, susu, dan telur terus meningkat hal ini harus diimbangi dengan pengelolaan peternakan yang baik, dewasa ini dunia usaha peternakan dihadapkan kepada ketersediaan pakan bagi ternak yang tergantung pada musim ataupun ketersediaan bahan baku serta lahan untuk tanaman pakan yang sangat terbatas karena bersaing dengan lahan untuk pertanian dan juga hunian bagi manusi.
Berdasarkan uraian diatas muncul suatu teknologi pakan yang bertujuan untuk mengolah pakan se-efektif dan efisien mungkin sehingga dapat membantu menyediakan pakan sepanjang tahun untuk mendukung proses produksi ternak, yang salah satunya ialah dengan menggunakan cara pengolahan pakan secara kimiawi, yang menggunakan cara dan bahan kimia untuk membantu mengawetkan serta mengolah pakan bagi ternak. Maka dari itu kami mengangkat “Pengolahan Pakan Secara Kimiawi” sebagai judul makalah kami untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi pakan dan juga untuk menjadi sumbangan bagi kemajuan dunia peternakan Indonesia.
1.2 Maksud Dan Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini kami memiliki maksud dan tujuan adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut :
1) Mengetahui pengolahan pakan secara kimiawi
2) Mengetahui manfaat serta cara pengolahan secara kimiawi
3) Mengetahui jenis – jenis pengolahan pakan secara kimiawi
1.3 Identifikasi Masalah
Adapun pembatasan masalah pada makalah yang kami buat ialah sebagai berikut :
1) Apa yang dimaksud dengan pengolahan pakan secara kimiawi
2) Apa manfaat serta bagaimana cara pengolahan secara kimiawi
3) Berapa jenis pengolahan pakan secara kimiawi
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengolahan Pakan Secara Kimiawi
Pengolahan kimia merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui penambahan bahan kimia. Pengolahan kimia dapat dilakukan dengan penambahan alkali, dan penambahan asam. Pengolahan bahan pakan secara kimiawi dengan menambahkan beberapa bahan kimiawi agar dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang hidup didalam rumen untuk mencernanya. Pada dasarnya pengolahan pakan memiliki tujuan pokok yakni untuk meningkatkan daya cerna serta untuk memudahkan penyimpanan pakan, namun terdapat beberapa manfaat dari pengolahan pakan secara kimiawi seperti :
1. Pengawetan pakan
2. Penyesuaian ukuran dengan kebutuhan
3. Mengatur kadar air bahan
4. Meningkatkan palatabilitas
5. Meningkatkan/menstabilkan nilai nutrisi
6. Mengurangi bau, jamur, salmonella
7. Suplementasi dan proteksi nutrisi
2.2 Penambahan Alkali atau Basa
Perlakuan alkali menyebabkan suasana basa dengan pH > 7,0 dengan menggunakan bahan kimia alkali seperti NaOH, KOH, Ca(OH)2, ammonia anhydrous (gas atau cairan), urea, garam ammonium ataupun bahan lain (manure ayam, feses, urine, abu gosok). Perlakuan alkali diperlukan pada bahan pakan limbah pertanian dengan kandungan serat kasar yang tinggi selain adanya ikatan b-1,4 glycosida juga terjadi lignifikasi dari bagian selulosa yang menyebabkan sukar dicerna. Terdapat 2 cara perlakuan kimia dengan alkali, yaitu cara basah dan juga cara kering.
Pengolahan dengan penambahan alkali mampu meningkatkan koefisien cerna, yang disebabkan oleh larutnya silikat lignin dan bengkaknya jaringan akibat lepasnya sebagian ikatan hydrogen diantara molekul selulosa. Terhidrolisisnya ikatan ester pada gugus asam uronat diantara selulosa dan hemiselulosa yang memudahkan penetrasi enzim pencernaan. Pengolahan alkali dapat juga dilakukan dengan penambahan amonia yang digunakan sebagai fungisidal dan bakterisida sehingga dapat berfungsi sebagai pengawet. Amonia dapat berikatan dengan gugus asetat dari bahan pakan (jerami) menjadi garam ammonium asetat dan dapat menjadi sumber nitrogen bagi mikrobia rumen.
Keuntungan dari proses amoniasi :
- Menambah kandungan protein kasar (ekivalen 3 – 10%) dalam bentuk nitrogen bukan protein (NPN)
- Meningkatkan jumlah zat makanan tercerna (TDN = Total Digestible Nutrient sebesar 3 – 23 %)
- Meningkatkan konsumsi pakan 20 – 27%
- Mencegah tumbuhnya jamur
- Tidak ada residu mineral pada produk amoniasi
2.3 Penambahan Asam
Perlakuan asam menyebabkan suasana asam dengan pH < 5,0 dengan menggunakan bahan kimia asam (asam kuat, atau dengan asam organik). Keuntungan perlakuan asam, yaitu :
- Meningkatkan kualitas bahan pakan yang rendah kualitasnya, mampu merenggangkan/memecah ikatan serat kasar dan protein kasar yang sulit dicerna.
- Meningkatkan konsumsi pakan konsentrat berkualitas rendah (meningkat dari 10% menjadi 50%).
- Meningkatkan potensi kecernaan dinding sel pakan konsentrat sumber energi.
Kelemahan perlakuan asam adalah :
- Bahan kimia yang digunakan bersifat korosif, kadang –kadang bersifat toksik dan adanya residu mineral
- Produk yang dihasilkan bersifat asam sehingga perlu diangin-anginkan sebelum diberikan pada ternak
2.4 Penambahan Asam dan Basa Kuat
Pengolahan bahan pakan dengan penambahan asam dan basa kuat biasa digunakan pada jerami dengan prinsip menghidrolisis jerami agar daya cerna dari jerami dapat meningkat. Hidrolisis jerami menggunakan asam kuat dan basa kuat dilakukan dengan tujuan peningkatan kualitas jerami dengan perlakuan kimia menggunakan asam kuat dan basa kuat. Penggunaan asam kuat dan basa kuat akan menyebabkan senyawa kompleks bahan pakan yang sulit dicerna terhidrolisis menjadi komponen yang lebih sederhana.
Pengolahan jerami dengan asam kuat merupakan pengolahan dengan menggunakan bahan kimia alkali, seperti : HCl, H2SO4, HNO3. Pengolahan alkali dengan asam kuat menyebabkan kenaikan kecernaan disebabkan :
- Larutnya sebagian silika dan lignin
- Bengkaknya jaringan serat akibat lepasnya sebagian ikatan Hidrogen diantara molekul glukosa
- Terhidrolisanya ikatan ester pada gugus asam uronat diantara selulosa dan hemiselulosa yang memudahkan enzim pencernaan yang dihasilkan mikrobia rumen dapat menembus dan mencerna dinding sel.
Kelemahan penggunaan asam kuat untuk pengolahan jerami :
- Tidak ekonomis
- Residu asam kuat bersifat toksik
- Perlu upaya menetralkan pH sebelum diberikan pada ternak
Pengolahan jerami dengan basa kuat merupakan pengolahan dengan menggunakan bahan kimia alkali, seperti : NaOH, KOH. Pengolahan alkali dengan basa kuat menyebabkan kenaikan kecernaan disebabkan :
- Larutnya sebagian silika dan lignin
- Bengkaknya jaringan serat akibat lepasnya sebagian ikata Hidrogen diantara molekul glukosa
- Terhidrolisanya ikatan ester pada gugus asam uronat diantara selulosa dan hemiselulosa yang memudahkan enzim pencernaan yang dihasilkan mikrobia rumen dapat menembus dan mencerna dinding sel.
Kelemahan penggunaan basa kuat untuk pengolahan jerami :
- Tidak ekonomis
- Residu basa kuat menyebabkan gangguan dalam metabolisme mineral
- Perlu upaya menetralkan pH sebelum diberikan pada ternak
III
PEMBAHASAN
3.1 Pembuatan Amoniasi
Amonia yang dihasilkan pada proses amoniasi menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding sel yang berperan untuk membebaskan ikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa. Reaksi kimia yang terjadi (dengan memotong jembatan hidrogen) rnenyebabkan mengembangnya jaringan dan meningkatkan fleksibilitas dinding sel hingga memudahkan penetrasi (penerobosan) oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh mikroorganisme.
Tingkat pemberian amonia yang optimal untuk amoniasi adalah 3 ‑ 5 % (setara dengan urea 5,3 ‑ 8,8%) dari bahan kering. Pemberian amonia kurang dari 3% tidak berpengaruh pada kecernaan, jadi hanya berfungsi sebagai bahan pengawet. Pemberian amonia lebih dari 5% akan terbuang karena bahan tidak mampu menyerap amonia. Amoniasi dengan urea dapat meningkatkan daya cerna setelah dilakukan penyimpanan selama 21 hari.
Pada temperatur diatas 300C proses amoniasi membutuhkan waktu sekitar 3 minggu sedangkan pada temperatur yang lebih rendah membutuhkan waktu 4‑6 minggu. Temperatur yang paling baik yaitu 600C. Semakin tinggi temperatur maka proses amoniasi akan berjalan semakin cepat. Kadar air yang optimal untuk proses amoniasi adalah 30‑50%.
Tahapan amoniasi jerami adalah sebagai berikut:
1. Pencetakan Jerami
Tujuan pencetakan adalah , agar mempermudah penyusunan jerami saat dilakukan proses amoniasi, mempermudah penghitungan jumlah dan timbangan jerami.
Masukan jerami-jerami tersebut kedalam kotak cetakan yang telah di sediakan. Lakukan pemadatan atau pengepresan terhadap jerami yang berada di dalam kotak cetakan tersebut. Setelah padat , keluarkan jerami tersebut.
2. Pengikatan.
Jerami yang telah di keluarkan dari kotak cetakan, diikat dengan menggunakan tali rafia atau tali lain yang tersedia dan cukup kuat.
3. Penimbangan
Jerami yang telah terikat dalam bentuk kotak/balok ditimbang.
4. Penaburan urea
Cara yang terbaik dalam penaburan urea adalah dengan cara menaburkannya selapis demi selapis saat melakukan pencetakan dalam kotak cetakan. Yaitu dengan menghitung berat rata-rata tiap ikatan balok jerami di kalikan dengan 4-6%.
Jika dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami terlalu banyak, maka urea tersebut tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada jerami
5. Pembungkusan
Bahan pembungkus yang digunakan biasanya berupa lembaran plastic.
6. Pengarungan
Ini bertujuan agar mudah penanganannya, serta melindungi kerusakan plastik pembungkusnya yang dapat mengakibatkan kebocoran.
7. Penempatan
Karung-karung yang berisi jerami tersebut harus disimpan di tempat yang teduh dan terhindar dari air hujan.
8. Pembukaan
Jerami amoniasi yang baik ditandai dengan bau amoniak yang sangat menyengat. Oleh karena itu, jerami amoniasi tersebut harus dibiarkan di udara terbuka dan di angin-anginkan terlebih dahulu agar bau amoniak dapat berkurang.
3.2 Hidrolisis Jerami (Menggunakan asam kuat dan basa kuat)
Hidrolisis jerami menggunakan asam kuat dan basa kuat dilakukan dengan tujuan peningkatan kualitas jerami dengan perlakuan kimia menggunakan asam kuat dan basa kuat. Penggunaan asam kuat dan basa kuat akan menyebabkan senyawa kompleks bahan pakan yang sulit dicerna terhidrolisis menjadi komponen yang lebih sederhana. Apabila jerami direndam dalam larutan alkali, maka ikatan antara lignin dan selulosa dan hemiselulosa dinding sel akan terhidrolisa sehingga karbohidrat akan lebih tersedia bagi microorganisme dalam rumen. Perlakuan dengan alkali juga meningkatkan tingkat konsumsi. Alkali lain yang juga efisiennya adalah kapur ( CaO 60% dan MgO 1.3%).
Cara pengolahan :
- Bahan diperkecil ukurannya
- Pengukuran kadar air bahan dan mengusahakan kadar air bahan menjadi 50 %
- Asam kuat (2 – 10 % BK bahan) dilarutkan dalam air dan dicampur dengan bahan selama 3 – 10 menit dalam suatu wadah yang tertutup
- Kerusakan bahan dapat terjadi setelah 24 – 48 jam dibuka.
3.3 Pembuatan Silase
Silase merupakan hasil awetan segar hijauan makanan ternak setelah mengalami proses fermentasi yang disebut “ensilase” dan berlangsung dalam kondisi anaerob. Hijauan makanan ternak disimpan dalam keadaan segar (KA = 60 -70%) di dalam suatu tempat yang disebut “silo”.
Pembuatan silase mempercepat terjadinya kondisi anaerob dan suasana asam dengan proses “ensilase”. Dalam proses ensilase akan dihasilkan asam laktat yang kemudian akan membuat kondisi hijauan makanan ternak di dalam silo menjadi bersifat asam dan menjadi awet. Proses ensilase akan berakhir setelah suasana menjadi asam (pH kurang dari 4,2).
Silase dapat dibuat dengan beberapa metode :
- Metode Panas (Belanda)
Rumput yang sudah dipotong-potong ditumpuk di dalam silo, diusahakan selapis demi selapis, diratakan dan dipadatkan, proses penumpukan dan pemadatan lebih kurang 7 hari. Sebagai penutup digunakan lapisan tanah setebal 50 – 6-0 cm. Bila rumput mulai melayu, maka lubang akan mengempis dan masuk ke dalam lubang. Pembukaan silase metode ini dilakukan minimal setelah 4 bulan. Lubang silo bisa berbentuk silindris atau kotak dengan ukuran 2 – 4 meter, dan dalam 2 m.
- Metode Dingin (asam)
Pada metode ini diperlukan silo yang berdinding tembok atau kayu, hijauan harus secepat mungkin dimasukkan dalam silo. Pengisian dan pemadatan maksimal 1–3 hari. Pemadatan harus dilakukan benar-benar sempurna, lapisan demi lapisan. Setelah semua bahan masuk, silo harus ditutup rapat dan bila perlu diberi pemberat. Prinsip metode dingin ini adalah, dengan diselesaikannya pemasukan bahan dalam waktu singkat dan pemadatan yang sempurna, maka dalam proses ensilasenya tidak terjadi panas dan tetap dingin. Untuk mempercepat suasana asam juga bisa dilakukan dengan penambahan bahan-bahan kimia seperti : asam fosfat, natrium bisulfat, campuran HCl encer dll. Banyaknya bahan tambahan (tetes, tepung jagung) yang ditambahkan dalam pembuatan silase sekitar 2 – 4 % dari bahan silase (rumput dan atau legum). Untuk legum bahan aditif bisa lebih banyak 1 – 2 % dibanding rumput. Untuk aditif dedak halus atau bekatul, bisa sampai 10 % dari bahan silase.
- Metode Finlandia
Pada metode ini juga dibutuhkan silo yang baik. Hijauan harus secepatnya dimasukkan dan dipadatkan ke dalam silo. Tiap lapisan dibasahi dengan HCl BJ 1,17 (33,5%). Banyaknya HCl yang ditambahkan harus dapat menciptakan suasana asam dengan pH antara 3,5 - 4. Pemakaian HCl sebanyak 1 liter/ 100 kg bahan silase. Sebelum disiramkan pada rumput harus diencerkan dengan air sebanyak 6 kali. Bila silo berukuran garis tengah 6 meter, maka selapis timbunan dibutuhkan 300 kg rumput yang harus disiram 18 liter HCl yang telah diencerkan. Silase yang dibuat dengan cara ini akan bermutu tinggi dan berbau sedap, sehingga disukai ternak.
Tempat Pembuatan Silase
Tempat pembuatan silase disebut silo. Silo berasal dari bahasa Yunani “Siro” yang berarti tempat untuk menyimpan biji-bijian. Silo yang dimaksud disini adalah merupakan tempat atau wadah untuk membuat silase. Bahan dari silo bervariasi, bisa dari plastik, drum, bus beton, kayu dan atau semen permanen. Pembuatan silo dapat dilakukan secara permanen, semi permanen atau tidak permanen, hal ini tergantung situasi dan kondisi serta kebutuhan. Menurut letak dan bentuknya, silo dibedakan menjadi beberapa bentuk :
- Stack atau Penc Silo
Silo atau tempat silase ini berbentuk bulat atau persegi dan terbuat dari bahan yang tidak permanen, hijauan ditimbun diatas tanah
- Tower Silo
Silo model tower terletak di atas tanah, berbentuk menara, bisa bulat atau persegi, terbuat dari kayu atau beton dan hijauan ditimbun di dalamnya.
- Pit / Trench Silo
Silo ini berbentuk silinder dan berada di dalam tanah (permukaan sejajar dengan permukaan tanah), bahan hijuan disimpan di dalam lubang di tanah
- Clamp Silo
Silo ini merupakan bentuk gabungan antara stack dan pit silo, sehingga letaknya sebagian di dalam tanah dan sebagian muncul di atas tanah. Sebagian besar silase berada di atas tanah .
IV
KESIMPULAN
- Pengolahan kimia merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui penambahan bahan kimia.
- Manfaat pengolahan hijauan secara kimiawi adalah untuk pengawetan pakan, penyesuaian ukuran dengan kebutuhan, mengatur kadar air bahan, meningkatkan palatabilitas, meningkatkan/menstabilkan nilai nutrisi, suplementasi dan proteksi nutrisi, dan mengurangi bau, jamur, salmonella.
- Beberapa cara pengolahan hijauan secara kimiawi adalah penambahan asam, penambahan alkali atau basa, penambahan Asam dan Basa Kuat. Contohnya pembuatan amoniasi, hidrolisis jerami, dan pembuatan silase.
- Silase dapat dibuat dengan beberapa metode, yaitu Metode Panas (Belanda), Metode Dingin (Asam), dan Metode Finlandia.
Daftar Pustaka
http://suckanaa.blogspot.com/2011/11/amoniasi.html (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 19.00 WIB).
http://dunia-budidaya.blogspot.com/2009/04/3-pengawetan-pakan-dengan-cara-amoniasi.html (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 19.10 WIB).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/801/1/nevy%20132143320.pdf (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 19.10 WIB).
http://www.fp.undip.ac.id/fapetundip/jurusan/nutrisi/laboratorium/labtmt/rip/file/Modul_Kuliah_TPP.doc (Diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 09.00 WIB).
Sumber : Suryadi’s blog : little.16mb.com
CONVERSATION
Mengelola Konflik Organisasi
1.1 Latar Belakang
Organisasi terdiri dari berbagai macam komponen yang berbeda dan saling memiliki ketergantungan dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Perbedaan yang terdapat dalam organisasi seringkali menyebabkan terjadinya ketidakcocokan yang akhirnya menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya ketika terjadi suatu organisasi, maka sesungguhnya terdapat banyak kemungkinan timbulnya konflik. Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap organisasi, tanpa peduli apapun bentuk dan tingkat kompleksitas organisasi tersebut, jika konflik tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian.
Suatu konflik merupakan hal wajar dalam suatu organisasi. Sering kali konflik tidak dapat dihindari dalam organisasi, karena konflik dapat menjadi kekuatan positif dan negatif, sehingga manajemen seyogyanya tidak perlu menghilangkan semua konflik, tetapi hanya pada konflik yang menimbulkan dampak gangguan atas usaha organisasi mencapai tujuan saja yang perlu dihilangkan. Beberapa jenis atau tingkatan konflik mungkin terbukti bermanfaat jika digunakan sebagai sarana untuk perubahan atau inovasi.Dengan demikian konflik bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan, tetapi merupakan sesuatu hal yang perlu untuk dikelola agar dapat memberikan kontribusinya bagi pencapaian tujuan organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana pandangan tentang konflik dalam organisasi?
2) Apa sumber-sumber konflik dalam organisasi?
3) Bagaimana bentuk bentuk konflik dalam organisasi ?
4) Bagaimana mengelola konflik dalam organisasi?
II
Pembahasan
Terdapat perbedaan pandangan para pakar dalam mengartikan konflik. Pengertian konflik yang mengacu kepada pendekatan individu antara lain disampaikan oleh Ruchyat (2001:2) mengemukakan konflik individu adalah konflik yang terjadi dalam diri seseorang. Hal ini terjadi jika individu harus memilih antara dua macam alternatif positif dan yang sama -sama memiliki daya tarik yang sama, harus memilih antara dua macam alternative negatif yang sama tidak memiliki daya tarik sama sekali, dan harus mengambil keputusan sehubungan dengan sebuah alternatif yang memiliki konsekuensi positif maupun negatif yang berkaitan dengannya.
Pengertian konflik yang mengacu kepada pendekatan sosial adalah seperti yang disampaikan oleh Cummings (1980:41) mendefinisikan konflik sebagai suatu proses interaksi sosial, dimana dua orang atau lebih, atau dua kelompok atau lebih berbeda atau bertentangan dalam pendapat dan tujuan mereka. Pengertian konflik yang mengacu kepada pendekatan organisasi dikemukakan oleh Luthans (1985) mengartikan konflik sebagai ketidaksesuaian nilai atau tujuan antara anggota kelompok organisasi.
- Beberapa Pandangan tentang Konflik dalam Organisasi
Robbins (2003:137) mengemukakan tiga pandangan mengenai konflik, yaitu pandangan tradisional (Traditional view of conflict), pandangan hubungan manusia (Human relations view of conflict), dan pandangan interaksonis (Interacttionism view of conflict).
Pandangan tradisional menganggap semua konflik buruk. Konflik dipandang secara negatif, dan disinonimkan dengan istilah kekerasan, perusakan dan ketidakrasionalan demi memperkuat konotasi negatifnya. Konflik memiliki sifat dasar yang merugikan dan harus dihindari. Pandangan tradisional ini menganggap konflik sebagai hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurangnya keterbukaan dan kepercayaan antara orang-orang, dan kegagalandari atasan untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi bawahannya.
Pandangan hubungan manusia menyatakan bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam semua kelompok dan organisasi. Karena konflik itu tidak terelakan, aliran hubungan manusia menganjurkan penerimaan konflik. Konflik tidak dapat disingkirkan, dan bahkan adakalanya konflik membawa manfaat pada kinerja kelompok.
Sementara pendekatan hubungan manusia menerima konflik, pendekatan interaksionis mendorong konflik atas dasar bahwa kelompok yang kooperatif, tenang, damai serasi cenderung menjadi statis, apatis, dan tidak tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan dan inovasi. Oleh karena itu, sumbangan utama dari pendekatan interaksionis adalah mendorong pemimpin kelompok untuk memper tahankan suatu tingkat minimum berkelanjutan dari konflik. Dengan adanya pandangan ini menjadi jelas bahwa untuk mengatakan bahwa konflik itu seluruhnya baik atau buruk tidaklah tepat. Apakah suatu konflik baik atau buruk tergantung pada tipe konflik. Secara teoretik Robbins (1996:438), mengemukakan terdapat dua tipe konflik, yaitu konflik fungsional dan konflik disfungsional. Konflik fungsional adalah sebuah konfrontasi di antara kelompok yang menambah keuntungan kinerja organisasi. Konflik disfungsional adalah setiap konfrontasi atau interaksi di antara kelompok yang merugikan organisasi atau menghalangi pencapaian tujuan organisasi.
- Sumber-sumber Konflik Dalam Organisasi
Konflik dalam organisasi tidak terjadi secara alamiah dan terjadi bukan tanpa sumber penyebab. Penyebab terjadinya konflik pada setiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada cara individu-individu menafsirkan, mempersepsi, dan memberikan tanggapan terhadap lingkungan kerjanya. Sumber-sumber konflik organisasi menurut pandangan Feldman, D.C. dan Arnold, H.J. (1983: 513) menyatakan bahwa, konflik pada umumnya disebabkan kurangnya koordinasi kerja antar kelompok/departemen, dan lemahnya sistem control organisasi. Permasalahan koordinasi kerja antar kelompok berkenaan dengan saling ketergantungan pekerjaan, keraguan dalam menjalankan tugas karena tidak terstruktur dalam rincian tugas, perbedaan orientasi tugas. Sedangkan kelemahan sistem kontrol organisasi yaitu, kelemahan manajemen dalam merealisasikan system penilaian kinerja, kurang koordinasi antar unit atau bagian, aturan main tidak dapat berjalan secara baik, terjadi persaingan yang tidak sehat dalam memperoleh penghargaan.
Kondisi Awal Penyebab Timbulnya Konflik Organisasi dari Tosi (1990:524)
- Bentuk-bentuk Konflik dalam Organisasi
Pada hakekatnya konflik terdiri atas lima bentuk, yaitu: 1) konflik dalam diri individu, 2) konflik antar individu, 3) konflik antar anggota dalam satu kelompok, 4) konflik antar kelompok, 5) konflik antar bagian dalam organisasi, dan konflik antar organisasi.
a. Konflik dalam diri individu
Konflik ini merupakan konflik internal yang terjadi pada diri seseorang. (intrapersonal conflict). Konflik ini akan terjadi ketika individu harus memilih dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan, dan bimbang mana yang harus dipilih untuk dilakukan. Handoko (1995:349) mengemukakan konflik dalam diri individu, terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk mela -kukan lebih dari kemampuannya. Menurut Winardi (2004:169), terdapat tiga tipe konflik pada tingkat individu:
a) Konflik Mendekat-mendekat (Approach-approach Conflict)
Konflik demikian meliputi suatu situasi di mana seseorang harus memilih antara dua macam alternatif positif dan yang sam a-sama memiliki daya tarik yang sama. Contoh: apabila individu harus memilih antara tindakan menerima sebuah promosi yang sangat dihargai di dalam organisasi yang bersangkutan dan menerima pekerjaan baru yang menarik yang ditawarkan oleh perusahaan lain.
b) Konflik Menghindari-menghindari (Avoidance -avoidance Conflict)
Sebuah situasi yang mengharuskan seseorang memilih antara dua macam alternatif negatif yang sama tidak memiliki daya tarik sama sekali. Contoh: apabila kita menghadapi pilihan transfer pekerjaan ke kota lain yang berada pada lokasi yang tidak menyenangkan atau di PHK oleh organisasi di mana kita bekerja.
c) Konflik Pendekatan–menghindari (Approach -avoidance Conflict)
Konflik ini meliputi sebuah situasi di mana seseorang harus mengambil keputusan sehubungan dengan sebuah alternatif yang memiliki konsekuensi positif maupun negatif yang berkaitan dengannya. Contoh: apabila seseorang diberi tawaran promosi yang menjanjikan gaji lebih besar, tetapi yang juga sekaligus mengandung tanggung jawab yang makin meningkat dan yang tidak disukai.
b. Konflik antar individu
Konflik antar individu (interpersonal conflict) bersifat substantif, emosional atau kedua-duanya. Konflik ini terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan di mana hasil bersama sangat menentukan.
c. Konflik antar anggota dalam satu kelompok
Setiap kelompok dapat mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik subtantif terjadi karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda, ketika anggota dari suatu komite m engha-silkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tanggapan emosional terhadap suatu situasi tertentu.
d. Konflik antar kelompok
Konflik intergroup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbe -daan persepsi, perbedaan tujuan, dan meningkatnya tuntutan akan keahlian.
e. Konflik antar bagian dalam organisasi
Tentu saja yang mengalami konflik adalah orang, tetapi dalam hal ini orang tersebut “mewakili” unit kerja tertentu. Menurut Mulyasa (2004:244) konflik ini terdiri atas:
1) Konflik vertikal.
Terjadi antara pimpinan dengan bawahan yang tidak sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya konflik antara kepala sekolah dengan guru.
2) Konflik horizontal.
Terjadi antar pegawai atau departemen yang memiliki hierarki yang sama dalam organisasi. Misalnya konflik antar tenaga kependidikan.
3) Konflik lini-staf.
Sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang keterlibatan staf dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini. Misalnya konflik antara kepala sekolah dengan tenaga administrasi.
4) Konflik peran.
Terjadi karena seseorang memiliki lebih dari satu peran. Misalnya kepala sekolah merangkap jabatan sebagai ketua dewan pendidikan.
f. Konflik antar organisasi
Konflik antar organisasi terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik yang terjadi antara sekolah dengan salah satu organisasi masyarakat.
- Mengatasi dan Mengelola Konflik dalam Organisasi
Tidak ada teknik pengendalian konflik yang dapat digunakan dalam segala situasi, karena setiap pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Gibson, (1996) mengatakan, memilih resolusi konflik yang cocok tergantung pada faktor-faktor penyebabnya, dan penerapan manajemen konflik secara tepat dapat meningkatkan kreativitas, dan produktivitas bagi pihak-pihak yang mengalami Menurut Handoko (1992) secara umum, terdapat tiga cara dalam menghadapi konflik yaitu, (1) stimulasi konflik, (2) pengurangan atau penekanan konflik, dan (3) penyelesaian konflik.
Stimulasi konflik diperlukan apabila satuan-satuan kerja di dalam organisasi terlalu lambat dalam melaksanakan pekerjaan karena tingkat konflik rendah. Situasi konflik terlalu rendah akan menyebabkan para karyawan takut berinisiatif akhirnya menjadi pasif. Perilaku dan peluang yang dapat mengarahkan individu atau kelompok untuk bekerja lebih baik diabaikan, anggota kelompok saling bertoleransi terhadap kelemahan dan kejelekan pelaksanaan pekerjaan. Pimpinan (manajer) organisasi perlu merangsang timbulnya persaingan dan konflik yang dapat mempunyai dampak peningkatan kinerja anggota organisasi.
Pengurangan atau penekanan konflik, manajer yang mempunyai pandangan tradisional berusaha menekan konflik sekecil-kecilnya dan bahkan berusaha meniadakan konflik daripada menstimuli konflik. Strategi pengurangan konflik berusaha meminimalkan kejadian konflik tetapi tidak menyentuh masalah-masalah yang menimbulkan konflik.
Penyelesaian konflik berkenaan dengan kegiatan-kegiatan pimpinan organisasi yang dapat mempengaruhi secara langsung pihak-pihak yang bertentangan.
Selain cara di atas, terdapat beberapa metode penyelesaian konflik, diantaranya:
1) Dominasi & Penekanan
Dominasi atau kekerasan yang bersifat penekanan otokratik. Ketaatan harus dilakukan oleh fihak yang kalah pada otoritas yang lebih tinggi atau kekuatan yang lebih besar. Meredakan atau menenangkan, metode ini lebih terasa diplomatis dalam upaya menekan dan meminimalkan ketidaksepahaman.
2) Kompromi / Jalan Tengah
Pihak-pihak yg berkonflik dipisah sampai menemukan solusi atas masalah yg terjadi, bisa dengan bantuan orang ketiga sebagai penengah untuk penyelesaian masalah. Apabila tidak ditemukan titik temu antara kedua pihak yang bermasalah maka kembali ke aturan yang berlaku.
3) Pemecahan Masalah Integratif
Cara-cara yang dilakukan antara lain,
- Konsensus, sengaja dipertemukan untuk mencapai solusi terbaik, bukan hanya menyelesaikan masalah dengan cepat.
- Konfrontasi, tiap pihak mengemukakan pandangan masing-masing secara langsung & terbuka.
- Penentu tujuan, menentukan tujuan akhir kedepan yang lebih tinggi dengan kesepakatan bersama.
III
Kesimpulan
Konflik merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam sebuah organisasi, disebabkan oleh banyak faktor yang pada intinya karena organisasi terbentuk dari banyak individu dan kelompok yang memiliki sifat dan tujuan yang berbeda satu sama lain.
Konflik sesungguhnya dapat menjadi energi yang kuat jika dikelola dengan baik, sehingga dapat dijadikan alat inovasi. Akan tetapi sebaliknya jika tidak dapat dikendalikan mengakibatkan kinerja organisasi rendah.
Sumber
Winardi, (2004), Manajemen Konflik (Konflik Perubahan dan Pengembangan), CV Mandar Maju, Bandung.
Tjutju Yuniarsih, dkk., (1998), Manajemen Organisasi, IKIP Bandung Press, Bandung.
http://fuadinotkamal.wordpress.com/2010/01/01/manajemen-konflik-dalam-organisasi
Sumber : Suryadi’s blog : little.16mb.com
CONVERSATION
About Me
Hai, Salam Kenal. saya adalah penulis sekaligus pemilik Blog ini. Blog ini adalah blog pribadi saya sendiri sebagai tempat saya untuk memberi ide ataupun curhatan kegiatan sehari-hari dan aktivitas saya. Hope you enjoy, Terimakasih
0 comments:
Posting Komentar